Pendidikan Indonesia Harus Berbasis Riset dan Inovasi

Pendidikan Indonesia Harus Berbasis Riset dan Inovasi

Jakarta (Suara Pembaruan) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ( Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, untuk bersaing di era masyarakat ekonomi Asean (MEA), pendidikan Indonesia harus berbasis pada riset dan inovasi. Indonesia masih sangat minin publikasi jurnal ilmiah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia dan Singapura.

Meski demikian, dia mengaku, sejauh ini telah banyak perguruan tinggi (PT) besar yang memiliki kualitas baik telah siap bersaing dengan perguruan tinggi (PT) negara ASEAN lainnya. PT-PT terbaik ini, terus didorong untuk menghasilkan riset dan publikasi ilmiah sebagai strategi mempercepat masuk dalam 500 besar rangking dunia.

"Kita akan terus dorong PTN Indonesia untuk menghasilkan publikasi ilmiah melalui riset dan inovasi agar dapat bersaing di era MEA dan mempercepat masuk dalam top rangking dunia," kata Menristekdikti Mohamad Nasir kepada SP, Sabtu (6/2).

Dia mengatakan, secara keseluruhan PT dan mahasiswa ada yang belum siap untuk bersaing. Namun, pihaknya akan terus mendorong PT-PT tersebut dengan cara melakukan detasering. Dalam artian PT terbaik akan diminta untuk membimbing PT yang belum bisa bersaing. Mahasiswa di PT kecil tersebut harus dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan guna meningatkan daya saing.

Selanjutnya, untuk meningkatkan jumlah tenaga peneliti Indonesia yang masih sangat minim, mantan rektor Universitas Diponegoro (Undip) ini mengatakan, Kemristekdikti menjalin kerja sama dengan berbagai negara yang telah memiliki pendidikan dan inovasi terbaik agar para peneliti Indonesia dapat berdampingan dengan peneliti asing bersama-sama untuk meningkatkan riset dan inovasi di Indonesia.

Dia menuturkan, pemberian beasiswa merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah peneliti, sehingga bagi perguruan tinggi yang mengembangkan kedua program studi ini akan dibantu oleh pemerintah.

"Kami akan memfasilitasi dan memberikan beasiswa kepada kedua program studi prioritas ini, baik melalui beasiswa pemerintah seperti LPDP, dan beasiswa dari swasta," kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) bidang Ekonomi dan Bisnis itu.

Selain itu, pemerintah juga akan mengambil dana dari anggaran yang telah dialokasikan untuk meningkatkan mutu. Pemerintah juga mengurangi setidaknya 15% anggaran belanja kebutuhan tidak terdesak seperti mengurangi rapat di luar kantor untuk dialihkan menjadi dana tambahan beasiswa.

Selanjutnya, dia mengharapkan industri dapat memberikan kontribusi menghasilkan inovasi yang berdaya saing.

Direktur Jenderal Kelembagaan dan Pendidikan Tinggi Kemeristekdikti Patdono Suwigno mengatakan, untut mengatasi solusi kekurangan tenaga peneliti, selain membuka prodi kesehatan dan teknik yang saat ini menjadi jurusan prioritas, Kemristekdikti juga melakukan moratorium perguruan tinggi.

"Untuk PT yang selama ini menghasilkan tenaga kerja dengan tidak memiliki daya saing atau tidak mampu bersaing akan dibekukan atau ditutup dan diganti dengan prodi baru seperti teknik dan kesehatan," kata dia.

Maria Fatima Bona/PCN


Tags: