Pendidikan Karakter Berbasis Puasa

Pendidikan Karakter Berbasis Puasa

Upaya menanamkan kejujuran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang religius salah satu cara merevitalisasinya adalah bulan puasa kita gali sebagai akar penghayatan nilai-nilai keagamaan. Karena Ramadan merupakan bulan pembelajaran dalam pendidikan karakter yang mengandung hikmah yang terdiri dari, Pertama, Ramadan disebut sebagai bulan sabar (syahrul sabr), yaitu bulan tempat melatih seseorang untuk senantiasa sabar, sebab sabar itu subur, tidak frustrasi tidak mudah mengeluh dan tahan banting. Kedua, Ramadan disebut sebagai syahrul azhim (bulan yang agung) Azhim adalah nama dan sifat Allah Taala, Tuhan Yang Maha Esa, yang digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Mulia serta keagungan Ramadan sesungguhnya lebih banyak merujuk kepada keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga, Ramadan disebut sebagai bulan penuh berkah (syahrul Mubarak), yang diharapkan berdaya guna, serta bermanfaat secara optimal. Sebab semua perbuatan kita di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala, yang balasannya langsung dari Allah. Keempat, bulan Ramadan disebut sebagai bulan santunan (syahrul musawwah). Artinya bulan ini syarat dengan pendidikan kesantunan yang berkaitan dengan akhlaqul karimah, di saat orang-orang beriman sadar sepenuhnya bahwa puasa mendidik mereka untuk memiliki empati kepada fakir miskin karena merasakan lapar dan haus sebagaimana yang mereka rasakan. Kelima, Ramadan sebagai syahru nuzulil quran, maknanya menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup. Sebuah tantangan bagi guru dan orangtua untuk terus meniupkan spirit Alquran ke segenap sepak terjang anak-anak atau peserta didik, terutama untuk meyakinkan bahwa Alquran kembali nuzul ke dalam jiwa mereka di saat mengikuti program Ramadan secara benar dan konsisten. Keenam, Ramadan sebagai bulan puasa (syahruls shiyam), karena di bulan ini memang diwajibkan bagi setiap muslim untuk melaksanakan ibadah puasa. Karena, laku puasa mengajarkan proses kebersamaan dalam keragaman saat berpuasa merupakan tantangan yang harus terus dilakukan sepanjang hayat. Ketujuh, Ramadan disebut sebagai bulan di saat rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan dibuka oleh Allah seluas-luasnya (syahrul yuzdaadu fiihi rizqul mu’min). Kedelapan, Ramadan sebagai syahrul qiyam. Pembiasaan setiap orang untuk berdialog atau curhat secara langsung kepada Tuhan di malam hari secara kontemplatif merupakan kebutuhan rohani yang menyejukkan (Ghazali, Imam, 1966 hal 76). Singkat kata, itu beberapa keistimewaan bulan puasa yang merupakan bulan pendidikan dan pengajaran bagi setiap umat Islam. Untuk itu marilah kita rayakan bulan pendidikan dengan cara memberikan makna baru dalam proses pembelajaran di keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Itulah pendidikan karakter di bulan Ramadan. Akhirnya, semua agama baik samawi maupun non samawi memiliki laku puasa yang mempunyai tujuan mulia. Di sinilah ada titik temu persamaan semua agama di dunia. Oleh karenanya, pendidikan berkarakter puasa perlu dan penting ditanamkan sejak dini kepada siapapun, agar tumbuh dan berkembang dalam kehidupan di Indonesia yang berkoridor Bhinneka Tunggal Ika, dan menghargai keragaman dengan rasa kebersamaan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Puasa mengajarkan multiguna yang terwadahi pada semua ranah yang terdiri dari: Pertama, kognitif dengan rasa lapar dan haus seseorang akan mengingat, memahami, mengevaluasi, menganalisis, mensintesakan setiap ibadah puasa yang dilaksanakan dalam mengikuti tadarus, salat tarawih, infaq dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kedua, ranah afektif, seseorang dapat meningkatkan, menerima, memahami dan menilai setiap perangainya berdasarkan pertimbangan nilai yang dianutnya. Ketiga, ranah psikomotorik, dengan berpuasa dapat meningkatkan pola pikir, pola dhikir dan pola hidup serta pola perbuatan dalam mengadaptasikan nilai-nilai puasa dalam tindakan personal, pedagogik, sosial dan moral yang nyata dalam hidup dan kehidupan. Momentum berpuasa dijadikan titik kulminasi dalam upaya perbaikan di semua aspek yang berhubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan. q - o. (3237-2011). *) Drs Anton Eknathon MHum, Pemerhati Pendidikan dan Sosial Laskar Pendidikan Tanpa Batas.


Tags: