Pendidikan Kewirausahaan Diharapkan Bangun Karakter Siswa

Pendidikan Kewirausahaan Diharapkan Bangun Karakter Siswa

SEMARANG- Pendidikan kewirausahaan diharuskan bisa membangun karakter siswa, sehingga secara otomatis terbentuk pola pikir dan mental berwirausaha pada diri peserta didik. Meski begitu, pembentukan mental kewirausahaan harus didukung pula keluarga maupun lingkungan pergaulan.

“Upaya Pemprov Jateng memberikan bekal kewirausahaan pada peserta didik terutama SMK, patut diapresiasi. Sebab, dari total 32,38 juta penduduk Jateng, 5,3 juta di antaranya miskin dan 1,04 juta penduduk usia 20-24 tahun menganggur,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Jateng Ir Solichedi dalam rapat koordinasi Dewan Pendidikan Jateng dengan kepala SMK se-Jateng bertema “Mengurai Pengangguran: Sinergitas Hulu-Hilir Dunia Usaha dan Pendidikan” di Aula Dinas Pendidikan Jateng Jl Pemuda Semarang, Kamis (14/4). Acara dibuka Ketua Dewan Pendidikan Jateng Prof Retmono dan bertindak sebagai pembicara kunci Gubernur Bibit Waluyo.

Menurut Solichedi, pendidikan kewirausahaan harus mengajarkan peserta didik agar berani mengambil risiko dengan pertimbangan matang, bisa melihat peluang bisnis, problem solver, membentuk semangat yang tinggi, percaya diri, dan ambisius. “Karena kami sungguh-sungguh, maka menjalin kerja sama pendampingan pendidikan kewirausahaan dengan Undip, Udinus, Unika Soegijapranata, dan Unisbank,” tandasnya.

Pendiri Udinus dan TVKU Dr Edi Noersasongko mengemukakan, semakin tinggi pendidikan peserta didik makin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya. “Lihat saja lulusan perguruan tinggi, yang diterima PNS hanya 6.800 orang. Jika ditambah dengan kemampuan swasta dalam menyerap tenaga kerja, jumlah itu meningkat menjadi 30.000 orang per tahun,” ungkapnya.

Berdasarkan data Disnakertrans Jateng, setiap tahun terdapat 600.000 pelamar. Jumlah lapangan kerja hanya 5% dari kebutuhan. Sementara 95% yang diterima merupakan karyawan outsourcing. Untuk itu, sudah saatnya pemerintah mewajibkan insitusi pendidikan di seluruh tingkatan untuk mengajarkan materi kewirausahaan, tetapi jangan berkutat pada teori.

“Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dalam proses pembelajaran ada dua variasi, yaitu menjadi mata pelajaran tersendiri atau terintegrasi pada beberapa mata pelajaran,” kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Jateng Drs Kartono MPd. (H70-37)


Tags: