Perguruan Tinggi Islam Akomodasi Berbagai Perkembangan

Perguruan Tinggi Islam Akomodasi Berbagai Perkembangan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Kementrian Agama, Prof Dede Rosada mengatakan Perguruan Tinggi Islam hendaknya ikut menjadi wadah akademik untuk mengakomodasikan berbagai perkembangan dan perubahan bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan lingkungan.


Di antaranya dengan membuka forum diskusi bagi para praktisi, peneliti dan kalangan akademisi dari berbagai disiplin keilmuan yang merasa punya tanggung jawab terhadap masa depan Indonesia.


Dede mengungkapkan hal itu pada pembukaan Konferensi internasional bertema Transformation Towards the Future : Continuity versus Change in Indonesia di Convention Hall Kampus universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (21/8).


Konferensi yang dilaksanakan selama dua hari Rabu dan Kamis, 21-22 Agsutus 2013 ini dihadiri 52 delegasi dari 10 negara sahabat.


Konferensi ini digelar Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Internasional Indonesia Forum (IIF) yang beranggotakan delegasi negara-negara lain yang respek terhadap perkembangan Indonesia. Konferensi ini digelar secara rutin setiap tahun dan kali ini merupakan penyelenggaraan keenam kalinya.


Para pembicara dalam forum ini berasal dari berbagai latar belakang baik dari kalangan praktisi, utamanya dari kalangan peneliti dan akademisi dari perguruan tinggi dalam negeri dan dari perguruan tinggi beberapa negara di dunia akan berpartisipasi dalam forum ini.


Lebih lanjut Dede Rosada menyampaikan perjalanan bangsa Indonesia setelah reformasi, mengalami proses tranformasi yang demikian pesat.


Dalam proses tranformasi ini, ada aspek perubahan yang yang berhasil diakomodasi, namun ada pula yang bersifat resisten. "Diharapkan melalui forum ini, terlahir pemikiran-pemikiran dan berbagai langkah solutif yang briliyan menuju Indonesian yang lebih maju," kata Dede.


Sementara Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof Khairuddin Nasution mengatakan forum ini mendiskusikan sebanyak 52 abstraksi yang datang dari 52 delegasi dari 10 negara.


Berbagai abstraksi dalam berbagai bidang yang sudah masuk ke Program Pascasarjana sebelumnya, didiskusikan dalam forum ini.


Forum ini antara lain mendiskusikan berbagai permasalahan pasca reformasi yang berhasil dirangkum oleh berbagai kalangan praktisi, akademisi dan peneliti dan berbagai solusi pemecahan permasalahan.


Di antaranya, kelangsungan politik elitis di tingkat lokal, negosiasi pekerja (politisasi tenaga kerja bawah umur di Indonesia, pernikahan di bawah umur di Indonesia, transformasi dan peluang masa depan Indonesia yang lebih baik.


Selain itu, gerak budaya di daerah-daerah seluruh wilayah di Indonesia; kebijakan dan negara; perempuan dan perubahan sosial; masyarakat dan kelangsungan tradisi-tradisi nusantara; narasi kearifan lokal.


Menurut Khoiruddin, hasil diskusi dalam konferensi internasional akan dirangkum dan menjadi pemikiran tersendiri untuk direkomendasikan kepada pemerintah dan pengambil kebijakan.


"Selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan pemecahan terhadap berbagai permasalahan pasca reformasi di negeri ini, menuju Indonesia yang lebih maju, mensejahterakan dan mengayomi seluruh masyarakat Indonesia," kata Khairuddin.


Tags: