Radikalisme Ancam Siswa Sekolah

Radikalisme Ancam Siswa Sekolah

BANTUL (KR) - Radikalisme kini tengah mengancam siswa sekolah. Sasaran empuk penyebaran melalui perkumpulan Rohani Islam (Rohis) di sekolah. Radikalisme menyerang sebagian besar berdalih agama.
Guna menangkal radikalisme di kalangan siswa sekolah, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal (Dikmenof) serta Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bantul menyelenggarakan seminar dengan tema ‘Peran Guru PAI dan OSIS Dalam Menangkal Berkembangnya Radikalisme di Sekolah’ di SMK 1 Bantul, belum lama ini.
Kepala Dikmenof Kabupaten Bantul, Masharun Ghazali MM menuturkan meski belum ada temuan praktik radikalisme di sekolah secara nyata, namun apabila tidak ada arahan bagi guru agama dan siswa maka dikhawatirkan kegiatan seperti rohis bisa dipakai sebagai kedok.
“Intinya baik guru dan siswa harus menegakkan empat pilar kebangsaan. Sementara itu contoh ancaman radikalisme seperti tidak hormat bendera saat upacara. Untuk itu sengaja dinas membuat terobosan dengan pendidkan karakter dan budaya. Seluruh siswa wajib mengamalkan nilai-nilai karakter, religius, jujur, disiplin, kerja keras dan yang utama toleransi,” tambahnya.
Beberapa kewajiban dari dinas yang harus diterapkan sekolah seperti wajib memberikan pendidikan karakter dan melaksanakan upacara bendera. Tiap kelas wajib memiliki gambar burung garuda, bendera merah putih serta gambar pahlawan. Selain itu tiap kepala sekolah juga wajib menghafal Pancasila. “Radikalisme bisa menyentuh ranah toleransi antar umat beragama. Jadi salah besar ketika ada anggapan toleransi agama-agama, tetapi toleransi antar umat beragama,” imbuh Masharun.
Sementara Ketua MGMP PAI SMA, Tarmuji menambahkan, untuk menangkal radikalisme guru PAI memegang peranan penting. “Karena bisa saja justru guru sendiri yang terkena paham-paham radikal. Kegiatan ini sebagai penyatu visi dan misi untuk guru PAI se-Bantul supaya dapat memilah dalam menyampaikan materi pelajaran agama mana yang disampaikan dan mana yang dihindari,” tambahnya.
Acara seminar diikuti 115 undangan terdiri dari 35 perwakilan siswa yakni OSIS, 50 guru agama, perwakilan guru kelas serta wakil wali siswa. “Kegiatan ini juga dalam rangka mengantisipasi keresahan wali siswa terkait paham radikalisme,” tambah Tarmuji. (R-6)-a


Tags: