Belitung (Pendis) - Salah satu materi pilihan bagi peserta Perkemahan ROHIS III hari ini adalah leadership. Rohmat Mulyana, Direktur Pendidikan Agama Islam yang sedang memantau perjalanan perkemahan di hari ke-3 langsung didaulat bertemu para siswa yang telah memilih kursus penguatan leadership.
Rohmat dihujani pertanyaan-pertanyaan kritis peserta perkemahan ini. "Pertanyaan ini melampaui usia anda, dan kalau anda tambah kuantitas membacanya, pertanyaannya akan makin tajam," komentarnya memuji.
Ada 3 pertanyaan menarik yang diajukan para peserta yang tergabung dalam kelompok tema leadership tersebut.
Pertama, bagaimana ROHIS menerapkan jiwa leadership di dunia nyata?. Hal ini ditanyakan oleh Adil, salah satu perwakilan Jawa Tengah.
Rohmat menjawab dengan lugas bahwa untuk mengaplikasikan kepemimpinan tak usah jauh-jauh, sesuai konteksnya saja. "Perbanyak latihan dalam kepanitiaan-kepanitiaan dan organisasi, pasti jiwa leadership anda akan makin terlatih," ungkapnya.
Pertanyaan kedua ditanyakan oleh Sukardi, asal Sulawesi Selatan, "Bagaimana memimpin dengan hati sementara ia pernah membaca bahwa kepemimpinan itu dipengaruhi cara berpikir otak yang memiliki gelombang alfa, beta, gamma, teta dan delta?" ujarnya sembari merujuk judul buku referensinya.
Mantan Dosen UIN Sunan Gunung Djati ini menjelaskan bahwa leadership yang mengandalkan otak itu berasal dari konsep yang dikembangkan Barat yang berbasis sains, sedangkan dalam Islam tetap harus diseimbangkan dengan hati. Hati saja terbagi atas tingkatan shadrun, qalbu dan fu`ad. Ikuti kata hati yang benar.
Terkait posisi ROHIS dalam nuansa pemilihan calon presiden tahun 2019, Rohmat memberi pesan agar para aktivis ROHIS mengutamakan melek informasi dan selalu cek dan recek. "Jangan terlalu mudah untuk membagi informasi dari medsos yang belum jelas kebenarannya. Harus sering tabayun," ujarnya berpesan. "Diskusi boleh tapi jangan sampai menjelekkan satu sama lain," katanya.
Rohmat yang pernah merasakan kuliah di Universitas Columbia, Amerika Serikat ini mencontohkan apa yang terjadi di negara tersebut saat pemilihan presiden Donald Trump untuk menjawab pertanyaan ketiga dari salah satu peserta perwakilan Sumatera Selatan.
Menurutnya, Trump sebenarnya banyak yang membenci, tapi pendukungnya begitu massif bergerak memenangkannya sehingga secara logis ia layak dipilih. Dengan kebijakan yang menguntungkan secara ekonomi bagi AS, pendukung Trump makin kuat.
Nah, dalam leadership salah satunya adalah skill mengambil keputusan. Maka dari itu, dalam pengambilan keputusan yang adil itu harus dipikirkan secara matang dan bijak dengan cara terus berlatih dan berlatih.
Penguatan materi leadership dilanjutkan oleh Radhiyan Pribadi, dosen Fisip UI yang juga menjadi narasumber dalam tema leadership ini. Ia mengatakan bahwa leadership atau kepemimpinan itu terkait peran orang sebagai problem solver (penyelesai masalah).
"Problem Solver itu bukan bakat tapi pilihan, karena dalam Islam semua orang bisa menjadi pemimpin," ujar Radhiyan menjelaskan. Menurutnya, ada 3 cara untuk bisa menjadi problem solver. Pertama, perlu mendefinisikan dan memperjelas masalah. Kedua menstrukturkan permasalahan seperti struktur pohon masalah. Mana level akar, batang dan ranting. Semua ada solusinya dan berilah solusi yang secara kualitas adalah sama. Dan ketiga rencana aksi (action plan). Aksi menyelesaikan permasalahan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak salah penanganan.
Perkemahan ROHIS Nasional III untuk SMA/SMK ini sudah memasuki hari ketiga untuk "Membentuk Generasi Islam Milenial yang Literat dan Moderat". (wikan/n15/dod)
Bagikan: