Sekolah dan Kampus Hanya Pembantu....

Sekolah dan Kampus Hanya Pembantu....

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini semakin marak kasus-kasus tawuran, seks bebas, kecurangan-kecurangan ujian nasional (UN) atau tindak plagiat skripsi di kalangan siswa dan mahasiswa perguruan tinggi. Hal itu menjadikan pendidikan karakter sebagai tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia dengan beragam masalahnya.
Ketua Yayasan Cahaya Guru, Henny Supolo Sitepu, mengatakan, memang, tidak mudah mengatasi tantangan-tantangan itu. Menurutnya, setiap pilihan seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dipegangnya. Dalam kasus ini, kata Henny, ia menekankan kepada para pendidik untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada anak didik.

"Pada awal dan pada pokoknya, tentu saja orangtua, ditambah kemudian dengan lingkungan tempat anak berkembang, baik di sekolah, rumah, maupun di antara teman-temannya," ujar wanita Henny kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (10/5/2011).

Peran sekolah atau perguruan tinggi hanya sebagai pembantu. Menurutnya, pendidikan anak pada dasarnya justeru dikembangkan oleh orangtua, karena orangtua tetap merupakan pendidik utama anak.

"Contoh berperan besar dalam proses pembelajaran anak. Karena itu, saat kita membicarakan perilaku tidak terpuji, pertanyaannya adalah seberapa jauh lingkungan memiliki andil dalam pembentukan perilaku yang tidak diinginkan tersebut? Maka, cara penanganannya pun perlu melalui pengkajian yang utuh, dengan menyertakan lingkungan," jelas Henny.

Selain itu, kesempatan-kesempatan juga perlu diberikan pada anak dalam kegiatannya sehari-hari. Henny mencontohkan, kesempatan yang diberikan pada anak untuk membantu pengasuhnya ikut membereskan kamarnya sendiri. Hal itu secara tidak langsung membiasakan anak bertanggung jawab pada lingkungannya.

"Kemandirian adalah bagian penting dari pengembangan karakter seorang anak. Tetapi, semua itu tidak ada artinya tanpa contoh kongkrit yang diperlihatkan oleh orang-orang dewasa di sekitar si anak," ujarnya.

Ia menambahkan, kejelian guru dan orangtua untuk bersama-sama anak menemukan peran yang bisa dilakukan anak untuk memperbaiki lingkungannya merupakan hal penting dalam pembentukan karakter anak. Seorang anak yang biasa berperan, ikut memperbaiki lingkungan, tidak akan memusatkan perhatian pada kesalahan orang lain, tetapi pada "bagaimana saya bisa membantu lingkungan".

Oleh karena itu, penekanan pada akademis tidak ada hubungannya dengan menipisnya nilai-nilai yang harusnya dijunjung oleh setiap anggota civitas akademika. Karena menurut Henny, penanaman nilai-nilai yang berlangsung selama siswa berada di lembaga pendidikan tersebut tidak terlepas sebagai mata pelajaran, apalagi hafalan semata.


Tags: