Selamat Jalan Bapak Inspirator Madrasah

Selamat Jalan Bapak Inspirator Madrasah

Malang (Pendis) - H. Abdul Djalil al-Zuhri, masih tampak jelas wajah sederhananya, masih teringat kata-kata hikmah yang disampaikannya, dan sampai hari ini kita semua merasakan jasa karyanya. Di pertengahan tahun 2000, penulis sebagai konsultan manajemen Development Madrasah Aliyah Project (DMAP), sebuah proyek yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB), mengajak sejumlah kepala Madrasah Aliyah, pengawas, dan Kabid Madrasah berkunjung ke MIN Malang yang dipimpin beliau. Kunjungan ini dimaksudkan menambah wawasan para kepala sekolah terutama bagi mereka yang lembaganya menjadi sasaran program IDB agar sukses seperti proyek sebelumnya di MAN IC Serpong dan Gorontalo.

Di awal paparannya beliau bercerita, pada saat beliau diberi amanah memimpin MIN Malang, kondisi lembaga tersebut sangat memprihatinkan. Apalagi dibandingkan dengan sekolah-sekolah di sekitarnya. Setiap hari, di depan MIN Malang yang parkir kebanyakan sepeda ontel tua dan becak. Kondisi seperti bisa ditebak bahwa mayoritas muridnya adalah sisa-sisa yang tidak diterima di sekolah lain. Sementara sekolah lain yang ada di sekitarnya, lahan parkirnya dipenuhi oleh kendaraan motor dan mobil. Murid mereka mayoritas memiliki prestasi akademik yang bagus dan dari latar belakang sosial masyarakat menengah ke atas.

Menurut saya, beliau itu sang pemimpi bukan sang pengeluh. Menangani persoalan yang sama, hasilnya akan berbeda bila dihadapi oleh sang pemimpi dan sang pengeluh. Membaca realitas, seorang pemimpi akan melihat potensi dan nilai strategisnya. Dari kerja kerasnya sang pemimpi akan menghasilkan karya dan akan mendapatkan penghargaan (reward) sebagai balasannya. Sementara sang pengeluh biasanya hanya berhasil membuat daftar masalah terhadap kekurangan dan kelemahan dengan mengabaikan potensi-potensi yang dimiliki. Baik sang pemimpi maupun sang pengeluh dua-duanya akan mendapatkan imbalan dari pekerjaannya. Bedanya sang pemimpi mendapat imbalan karena prestasinya sementara sang pengeluh mendapat penghargaan karena belas kasihan.

Bukti Abdul Djalil sebagai sang pemimpi adalah ketika beliau mampu merumuskan visi lembaga yang fantastis ekspektasinya tetapi mudah dipahami dan diukur keberhasilannya. Tidak seperti lembaga pendidikan lainnya yang biasanya merumuskan dengan kalimat-kalimat metamorfosis, melangit, dan banyak yang ragu dan bingung mengukurnya. Sesuai dengan sosoknya yang sederhana, disajikan formulasi dan visi yang mengagetkan dan tidak biasa. Waktu itu beliau menuliskan visinya "Lima Tahun Yang Akan Datang, Kendaraan Motor dan Mobil Yang Parkir di Sekolah-Sekolah Sekitar MIN Malang Pindah ke Halaman Parkir MIN Malang". Ketika ditanya kenapa menggunakan kalimat-kalimat yang tidak biasa digunakan seperti lembaga pada umumnya, beliau menjawab santai, dengan kalimat tersebut setiap orang dengan mudah mengukur ketercapaiannya.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, apa yang diimpikan betul-betul menjadi kenyataan. MIN Malang berkembang sangat pesat. Buah dari kerja kerasnya, betul-betul menjadikan MIN Malang menjadi lembaga pendidikan unggulan dalam pelbagai prestasinya tidak hanya di atas madrasah-madrasah pada umumnya tetapi melampaui sekolah-sekolah yang dahulunya menjadi motif impiannya. Atas keberhasilan ini kita bisa menyaksikan hampir setiap hari ada madrasah dan sekolah yang berkunjung melakukan studi banding untuk belajar dan meniru kiat-kiat keberhasilannya. Bahkan tidak hanya para pengelola lembaga pendidikan yang menjadikan MIN malang menjadi destinasi studi bandingnya tetapi para akademisi dan peneliti juga tertarik untuk melakukan riset-riset komparasi dan perumusan kebijakan.

Ada fakta lain yang juga sangat menarik dan menjadi pertanyaan kita semua. Sebagaimana kita ketahui, di lokasi ini tiga lembaga pendidikan yakni MIN, MTsN, dan MAN. Uniknya, kehebatan dan ketenaran MIN ini berdampak dan mempengaruhi madrasah di sebelahnya. Karena MIN sudah dianggap mapan dan diprediksikan dengan sistem yang sudah dibangun akan terus bisa berkembang, maka Abdul Djalil dipindah untuk menahkodai MTsN yang diharapkan mampu berkembang seperti MIN. Apa yang diharapkan oleh Kementerian Agama betul-betul menjadi kenyataan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, di bawah kepemimpinan beliau MTsN telah meraih reputasi yang sangat membanggakan sebagaimana yang ditunjukkan MIN.

Fenomena yang unik kembali kita jumpai lagi. Ternyata kehebatan dua lembaga ini yang telah ditorehkan Abdul Djalil tidak menginspirasi sama sekali terhadap para pengelola MAN yang lokasinya berhimpitan. Eksperimen berikutnya dicobakan dengan menggeser Abdul Djalil ditunjuk sebagai kepala MAN. Mencengangkan kita semua, ternyata dengan sentuhan halus tangan sang inspirator ini, MAN berkembang melesat di luar perkiraan kita semua. Dalam waktu yang tidak terlalu lama menjadikan madrasah ini sebagai idola kita semua. Pelbagai tokoh dan orang hebat hari ini pada berbondong-bondong mempercayakan pendidikan anaknya di lembaga ini. Jihad pendidikan Abdul Djalil ini akhirnya menjadikan kawasan ini menjadi kawasan madrasah terpadu dengan performance dan prestasi akademiknya tidak hanya bertaraf nasional bahkan outputnya menghiasi lembaga-lembaga pendidikan internasional.

Dari amatan di atas, akhirnya kita meyakini pengaruh sosok di balik peristiwa atau istilah yang sering kita dengar "Man Behind the Gun". Perangkat yang sama, obyek yang sama, dan bahkan dukungan yang sama akan tetap berbeda hasilnya bila ditangani oleh orang atau sosok yang berbeda. Inilah pelajaran yang bisa kita petik dari perjalanan madarasah terpadu MIN, MTsN, MAN 3 Malang. Setelah ditelisik lebih mendalam lagi sebenarnya rahasianya sederhana. Ketika ada salah satu peserta studi banding bertanya tentang resep menjadikan madrasah di Malang ini maju melejit yang luar biasa, beliau menjawab, resepnya gampang "berfikir terus dan mau repot".

Terakhir kesan yang saya tangkap, beliau ini adalah warga MUhammadiNU. Muhammadiyah dan NU. Beliau pernah mengungkapkan akan kelebihan-kelebihan lembaga pendidikan Muhammadiyah dan NU. Terungkap pula waktu itu beliau mengutarakan cita-cita ingin mendirikan lembaga pendidikan yang memadukan kelebihan kedua lembaga tersebut apabila telah selesai menjalani karirnya sebagai guru PNS di Kementerian Agama. Apa yang menjadi cita-cita beliau kini juga sudah menjadi kenyataan. Di kota Malang hampir semua kenal dengan lembaga pendidikan yang namanya Surya Buana. Itulah wujud impian beliau. Surya adalah Matahari yang merupakan lambang Muhammadiyah dan Buana adalah bumi atau jagat yang merupakan lambang NU. Surya Buana adalah impian masa depan untuk menggabungkan dua kekuatan besar. Komitmen dan pengorbanan yang sungguh-sungguh telah dibuktikan, beliau meninggal setelah memimpin rapat untuk merumuskan kemajuan pendidikan lembaga yang digagasnya. Beliau dipanggil Allah SWT pada hari Minggu, 27 Agustus 2017. Selamat Jalan Bapak Inspirator Madrasah, semoga husnul khotimah dan keteladanan perjuangannya menginspirasi kita semua yang ditinggalkan. (Imam Safe`i/dod)


Tags: