Harir Rizky Tullah​​​​​​​​​​​​​(Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam)

Harir Rizky Tullah​​​​​​​​​​​​​(Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam)

Banda Aceh (Pendis)--Sejarah mencatat tidak ada perubahan besar untuk kemajuan bangsa di Indonesia maupun dunia, tanpa peran dan sumbangsih pemuda. Boleh dikatakan jika tanpa pemuda, mustahil Indonesia bisa merdeka.

Kemerdekaan ini didapat dengan perjuangan yang sangat panjang, perjuangan tersebut tidak akan lepas dari peran pemuda-pemudi Indonesia. Bagaimana pada saat detik- detik perancangan kemerdekaan Indonesia, pemuda sangat antusias dalam mengamankan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pengamanan tersebut dilakukan dengan tujuan agar tidak ada yang mengganggu atau mempengaruhi kemerdekaan Indonesia baik itu oleh pihak Jepang maupun sekutu. Selain itu, juga terdapat peristiwa besar yaitu peristiwa Rengasdengklok yang terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda.

Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo yang termasuk golongan tua berpendapat bahwa pelaksanaan proklamasi tetap dilaksanakan dengan PPKI agar tidak memancing konflik dengan Jepang. Akan Tetapi golongan muda tidak setuju, mereka khawatir kemerdekaan bangsa Indonesia akan dipengaruhi pihak lain yang tidak menginginkan indonesia merdeka.

Walaupun saat ini Indonesia telah 74 tahun merdeka, bukan berarti kita sebagai generasi muda sudah tidak memiliki peran dan tanggung jawab. Generasi muda memiliki peran yang sangat besar dalam mengisi kemerdekaan indonesia. Sebagaimana kita lihat sekarang, para pemuda sibuk untuk bermain game online hingga lupa waktu.

Itu semua merupakan ancaman-ancaman yang begitu jelas bagi bangsa kita, jika pemuda kita sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna maka ia tidak akan lagi memikirkan masa depan bangsanya. Pemuda-pemudi generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi terdahulu dari segi pergaulan atau sosialisasi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan masalah.

Pemuda-pemuda zaman dahulu lebih berpikir secara rasional dan jauh ke depan. Dalam arti, mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak, tetapi mereka merumuskannya secara matang dan mengkajinya kembali dengan melihat dampak-dampak yang akan muncul dari berbagai aspek. Pemuda zaman dahulu juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

Contohnya saja, sejarah telah mencatat kiprah-kiprah pemuda Indonesia dalam memerdekakan Negara ini. Bung Tomo, Bung Hatta, Ir. Soekarno, Sutan Syahrir, dan lain-lain rela mengorbankan harta, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk kepentingan bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan pemuda zaman sekarang, masih terkesan acuh terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Pemuda-pemuda saat ini telah terpengaruh dalam hal pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi justru malah disalahgunakan.

Tidak jarang kaum-kaum muda saat ini yang menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang pemuda, seperti membuka situs-situs porno dan sebagainya. Peranan pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis.

Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan kelompoknya. Padahal, dulu biasanya pemudalah yang berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan, peringatan hari Kemerdekaan, kerja bakti dan lain-lain. Seandainya saja pemuda-pemuda zaman dahulu seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta, Bung Tomo dan lain-lain masih hidup pasti mereka sedih melihat pemuda-pemuda sekarang ini yang lebih mementingkan kesenangan pribadi.

Generasi yang menjadi harapan mereka melanjutkan perjuangan mereka, tidak punya lagi semangat nasionalisme. Masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ungkapan ini memiliki semangat konstruktif bagi pembangunan dan perubahan. Pemuda tidak selalu identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar.

Perkembangan pemikiran pemuda Indonesia mulai terekam jejaknya sejak tahun 1908 dan berlangsung hingga sekarang. Periodisasinya dibagi menjadi 6 (enam) periode mulai dari periode Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, Aksi Tritura 1966, periode 1967-1998 (Orde Baru).

Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan berdirinya Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode ini, pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat yang sedang booming pada saat itu.

Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, dll. Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi pergerakan yang mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai.

Dari beberapa gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling diminati adalah model gerakan radikal. Salah satu gerakan radikal yang merupakan percobaan revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926. Selain mengadopsi pemikiran Barat, para pemuda di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan lainnya sebagai pegangan (ideologi).

Periode berikutnya, Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda pada bulan Oktober 1928. Peristiwa ini merupakan pernyataan pengakuan atas 3 hal yaitu, satu tanah air; Indonesia, satu bangsa; Indonesia, dan satu bahasa; Indonesia.

Dari peristiwa ini dapat kita gambarkan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada masa ini mencerminkan keyakinan di dalam diri mereka bahwa mereka adalah orang Indonesia dan semangat perjuangan mereka dilandasi oleh semangat persatuan. Dengan melihat perkembangan pemikiran pemuda dari tahun 1908-1998, kita dapat merefleksi sekaligus bercermin dari semangat perubahan yang mereka lakukan.

Semangat pembaruan yang lahir dari pemikiran mereka merupakan buah dari kerja keras dan disiplin. Sebagai penerus tongkat estafet perjuangan yang menjadi simbol kemajuan suatu bangsa, kita wajib meneladani semangat dan idealisme mereka agar kelak lahir Soekarno-Soekarno baru, Soe Hok Gie-Soe Hok Gie baru, serta pemikir-pemikir baru yang memiliki pola pikir baru, kreatif dan segar.

Masyarakat masih membutuhkan pemuda-pemudi yang memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, memiliki kesetiakawanan sosial dan semangat nasionalisme yang tinggi dalam pembangunan nasional. Pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan NKRI, serta mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila agar terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum, serta kerukunan antar bangsa.

Bangun pemuda-pemudi Indonesia. Tanamkan semangat yang berkobar di dadamu. Bersatulah membangun Negara tercinta. Seperti isi sumpah pemuda yang di ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 “satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa”. Semoga Negara kita ini tetap bersatu seperti slogan budaya bangsa yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika. Berkarya lah pemuda-pemudi Indonesia,

Majukan Negara Kita, Jadilah Soekarno dan Moh Hatta berikutnya yang memiliki semangat juang tinggi dalam membangun bangsa. Di sini kita bisa melihat betapa besarnya peran pemuda dalam kemerdekaan Indonesia, pantas jika dikatakan pemuda adalah penentu maju mundurnya suatu negara.

Sebab, terbukti sejak dulu kala, sekarang dan yang akan datang sesuai dengan fitrahnya pemuda merupakan tulang punggung negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Di masa pandemi COVID-19 ini pun semangat pemuda pun masih terasa dengan perjuangannya untuk bisa membawa rakyat Indonesia keluar dari masa-masa tersulit ini.

Mereka semua menjadi “The Grand Old Man”, istilah Bung Karno “The Founding Father” pendiri, dan penggerak yang mampu merebut kemerdekaan. Jika tanpa pemuda, mustahil Indonesia ini merdeka. Demikian ungkapan kekaguman Bung Karno terhadap generasi muda yang diabadikan oleh sejarah perjuangan bangsa.

Banyak juga yang mengatakan bahwa pemuda sekarang ini adalah generasi milenial. Dapat diperkirakan bahwa generasi milenial yang dimaksud memiliki rentang usia 17 sampai 37 tahun. Generasi milenial memiliki sikap yang sangat toleran terhadap sesama.

Karena pengaruh dari globalisasi yang sangat cepat. Dimana anak muda dapat berinteraksi dengan manusia lainnya dari berbagai belahan dunia. Arus globalisasi berhasil menciptakan interaksi langsung dan tidak langsung yang lebih luas antar umat manusia, yang tidak mengenal batas- batas antara negara satu dengan negara yang lain.

Oleh sebab itu, globalisasi membuat generasi milenial menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan, wawasan mereka terhadap keberagaman pun menjadi lebih luas sehingga timbul sifat toleran yang cukup tinggi dari generasi ini. Generasi penerus bangsa, generasi milenial di Indonesia tidak boleh kalah dalam persaingan dengan anak-anak muda dari negara lain.

Pendidikan yang tinggi saja ternyata tidak cukup, anak muda Indonesia zaman now harus dibekali dengan berbagai pengalaman. Menjadi pribadi yang kreatif, aktif, dan inovatif tentu harus dimiliki dalam jiwa anak muda. Itu adalah syarat utama bagi generasi milenial untuk dapat bersaing dan menghadapi berbagai tantangan di dunia yang semakin dinamis ini.

Para pemuda siap mengangkat senjata, siap membawa bambu runcing, siap mengorbankan jiwa, raga dan nyawa asal negara dapat dimerdekakan. Karena kemerdekaan yang dirasakan sekarang ini, bukan hadiah dari Belanda. Bukan kado dari Jepang.

Bukan turun begitu saja laksana turunnya embun di waktu malam. Bukan katabelece dari PBB. Bukan terwujud dengan hanya membalikkan kedua belah telapak tangan. Namun, ditegakkan di atas untaian air mata, isak tangis genangan darah, cucuran keringat serta pekik getir perjuangan para pemuda pendahulu, yang terkadang mereka gugur di medan laga dengan tidak sempat merasakan nikmatnya kemerdekaan.

Oleh sebab itu, kita sepakat para pemuda yang baik ialah para pemuda yang bukan hanya memakan, merasakan, menyantap hasil jasa orang lain. Tapi, pemuda yang baik adalah yang pandai menanam jasa untuk orang lain, untuk umat seribu tahun yang akan datang. []

Penulis: Harir Rizky Tullah (Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam)

​​​