Sesditjen Pendis: Tata Hati untuk Menerima Setiap Perubahan

Sesditjen Pendis: Tata Hati untuk Menerima Setiap Perubahan

Jakarta (Pendis) - "Purna tugas merupakan momentum yang sudah biasa dan lumrah, di mana setiap pegawai, baik PNS maupun swasta akan mengalami siklus yang sama," tegas Sekretaris Ditjen Pendidikan ISlam Moh. Isom Yusqi saat melepas dua pegawai di Bagian Umum dan BMN Sekretariat Ditjen Pendidikan Islam yang telah memasuki masa purna tugas pada Jum`at, (20/07).

Hal terpenting yang harus dipersiapkan dalam menghadapi masa pensiun, menurut Isom, mampu menata hati, legowo menerima setiap perubahan, sehingga tidak terjadi post power syndrome. Fenomena ini seringkali terjadi di kalangan masyarakat maupun di lingkungan kerja, bahkan juga di dalam keluarga. Post power syndrome biasanya muncul ketika seseorang kehilangan sesuatu yang dibanggakan, sehingga harga dirinya menjadi turun. "Jabatan, kekayaan, dan kehormatan hanyalah asesoris semata, topeng, yang tidak perlu dimasukkan ke dalam hati, agar tidak menjadi post power syndrome. Itulah betapa pentingnya menata hati, dan harus ditanamkan sejak dini," terangnya.

Terakhir, Sesditjen Pendis berpesan kepada semua jajaran pegawai di lingkungan Ditjen Pendis yang berkesempatan hadir dalam acara pelepasan dua pegawai atas nama H. Abdul Latif dan H. Budiyanto, agar tetap menjalin sillaturrahim, menebar kebaikan, dan memberikan manfaat bagi sesama. "Meski sudah purna tugas, saya berharap jalinan silaturrahim tetap dijaga, selalu menebar kebaikan dan memberikan manfaat bagi sesama, khoirunnasi anfa`uhum li annasi".

Ali Ghozi, Kabag Umum dan BMN pada kesempatan sambutannya, menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas pengabdian totalitas, prestasi kerja, dan inovasi membanggakan yang pernah dilakukan Abdul Latif dan Budiyanto selama ini. "Rintisan penerapan e-arsip dan e-office dalam pengelolaan tata persuratan di lingkungan Ditjen Pendis merupakan langkah awal dan inovasi yang cukup membanggakan. Kami ucapkan banyak terima kasih. Mudah-mudahan ke depan akan lebih maju lagi," ujar ALi Ghozi.

Dalam kesempatan ini, Abdul Latif berkenan menyampaikan pesan dan kesan sebelum akhirnya purna tugas dari Kementerian Agama RI. "Purna tugas merupakan sebuah keniscayaan," katanya. Namun demikian, lanjutnya, ini bukan berarti akhir dari semuanya. Silaturrahim akan tetap terjalin selama hayat masih dikandung badan. Harus disyukuri, dinikmati dengan santai agar tidak stres. "Purna bakti harus nikmati kita syukuri, kita nikmati, dan dijalani dengan enjoy agar tidak stres".

Terkait pelaksanaan program yang ada di Bagian Umum, khususnya di Sub Bagian Tata Usaha, Latif mengusulkan agar di tahun anggaran berikutnya ada penambahan anggaran yang cukup untuk menunjang pelaksanaan e-arsip dan e-office yang sudah dirintis sejak tahun anggaran 2017. Di samping itu, dia juga berpesan agar di bagian umum selalu kompak dan solid dalam bekerja demi tercapainya program kerja sebagaimana yang telah direncanakan. Sinergitas antara pimpinan dan bawahan (JFU) merupakan kunci utama untuk mencapai suksesnya program.

"Siapapun yang jadi pimpinan tanpa staf atau JFU, program tidak akan jalan. Oleh karena itu harus sinergi antara bawahan dan atasan. Di Bagian Umum harus kompak alias solid dalam hal pekerjaan demi tercapainya program kerja di tiap-tiap Subbag," ujarnya. Terakhir Latif menambahkan bahwa, harus ada kejelasan dan kesesuaian tugas dan fungsi (Tusi) dalam pendistribusian job description agar tidak terjadi tumpang tindih (over lap)," pungkasnya.

Untuk menambah khidmatnya acara pelepasan pegawai purna tugas dimaksud, di akhir acara dibacakan doa yang dipimpin oleh H. Fakhrurozi, Kasubbag Perlengkapan dan BMN. (ummu/ozi/dod)


Tags: