Setditjen Pendis: Lima Level Laporan yang Berkualitas

Setditjen Pendis: Lima Level Laporan yang Berkualitas

Pendis - Laporan sebagai alat ukur capaian kegiatan program Direktorat Jenderal Pendidikan Islam diharapkan memiliki setidaknya lima level tingkatan sebagai sumber informasi yang berkualitas. Pendidikan Islam sebagai satu ciri khas pendidikan di Indonesia harus memenuhi level tersebut guna menunjang prestasi predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dan kredibilitas good governance dan keterbukaan informasi publik.


Laporan adalah sumber informasi yang memuat data dan tipologi aktivitas sebuah organisasi sudah seyogyanya memiliki ukuran capaian yang bisa diperhitungkan dan digunakan sebagai parameter berhasil tidaknya program atau kegiatan yang dilakukan. Ditjen Pendidikan Islam sebagai entitas terbesar di Kementerian Agama RI memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaporkan kegiatan yang dilakukan guna mendukung proses pembangunan khususnya dalam dunia pendidikan Islam.


Dalam acara Orientasi Pengembangan Kapasitas dan Kompetensi Tenaga Penyusun Laporan Ditjen Pendidikan Islam yang dilaksanakan di Bogor mulai tanggal 10-12 Juli 2012, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Dr. H. Affandi Mochtar, MA menyampaikan setidaknya ada lima level ukuran kualitas sebuah laporan.


"Pertama, level teknis guna merekam peristiwa tindakan kita dalam semua aspek. Kedua adalah level strategis untuk memuat data dari suatu program baik lokasi maupun unit kerja. Perkembangan yang terjadi di sebuah madrasah di Brebes misalnya bisa diketahui berapa jumlah siswa terkininya. Ketiga level politis, memerankan betapa pentingnya posisi pendidikan Islam dalam ruang lingkup sistem pendidikan nasional. Keempat yakni level akademis, kontribusi dalam pengembangan keilmuan. Saya berharap laporan yang kita buat saat ini, 20 tahun yang akan datang bermanfaat bagi ahli pendidikan Islam. Seperti halnya Snuck Hurgronje dan Ibnu Batutah yang membuat catatan perjalanan yang hingga kini digunakan sebagai panduan oleh ahli sejarah. Terakhir, level peradaban supaya menggambarkan 5W-1H posisi pendidikan Islam dalam peradaban umat manusia," ujar Affandi.


Selanjutnya Affandi berharap agar Indonesia bisa berbangga dengan pondok pesantren Tebu Ireng misalnya, sama halnya dengan Mesir yang maju karena adanya Al-Azhar atau Amerika Serikat yang terkenal dengan bercokolnya Universitas Harvard. Semua lembaga pendidikan Islam yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia bisa dipacu guna mengharumkan nama bangsa, dan disinilah pentingnya peran lembaga pendidikan Islam dalam memberikan fungsi Ditjen Pendidikan Islam untuk mempertemukan kelebihan yang dimiliki lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat dunia yang membutuhkannya.


Sebagai sebuah entitas pemerintahan yang berperan sebagai eksekutif, Ditjen Pendidikan Islam sudah seyogyanya memberikan informasi berkala kepada masyarakat tentang capaian pendidikan yang berhasil diperoleh dan bisa mempertahankan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang telah diperoleh oleh Kementerian Agama di tahun 2012 ini. Pelaporan yang akuntabel dan kredibel diharapkan bisa menunjang dan mendukung berbagai prestasi tersebut.

(sya/ra)
Tags: