Sinergi Institusi Pendidikan dan Kebutuhan Masyarakat

Sinergi Institusi Pendidikan dan Kebutuhan Masyarakat

EDUPARK UMS (Suara Merdeka)"KNOWLEDGE is Power", demikian kalimat tenar muncul dari pemikiran filsuf Prancis, Michel Foucoult, saat melihat bagaimana kekuasaan bekerja.

Kalimat sederhana itu rupanya membidani banyak pemikiran dalam ilmu sosial. Foucault dengan cerdas mampu memperlihatkan, tak satu pun ilmu pengetahuan di bumi ini bebas dari kekuasaan. Pemikiran ini yang menjadi dasar ide ilmuwan mengembangkan ilmu eksakta dan sosial secara berdampingan. Pada akhirnya, ilmu eksakta tak lagi dapat dipisah dengan ilmu sosial dalam kehidupan masyarakat.

Donna Haraway, ahli teknosains dan feminis mengatakan, teknologi diciptakan tidak pernah lepas dari kepentingan politis. Ia akan selalu menjadi alat bagi kekuasaan untuk melanggengkan keberadaannya.

Tak dapat dimungkiri kemajuan teknologi secara perlahan telah mengubah nilai dan pola hubungan antarindividu. Karena itu, kemajuan teknologi harus tetap dijaga agar masyarakat tetap menjadi komunitas yang solid, dan pada saat yang sama mereka menjadi individu yang kritis dan terdidik.

Harapan Baru

Demi kepentingan itulah perlu ahli bidang komunikasi yang berpihak pada terwujudnya masyarakat yang solid dan kritis. Kemunculan pendidikan dalam bidang komunikasi dan teknologi informasi menjadi harapan baru untuk menggiring masyarakat yang gagap teknologi menuju masyarakat yang melek teknologi.

Berangkat dari kebutuhan inilah, beberapa institusi pendidikan muncul sebagai produsen tenaga kerja yang memiliki kemampuan dalam bidang komunikasi dan teknologi informasi.

Penyatuan dua komponen ini menjadi sangat penting, karena teknologi informasi tanpa dibarengi kemampuan dalam bidang ilmu komunikasi, akan terasa timpang. Saat ini, ada lebih dari 100 progam studi Ilmu Komunikasi di Indonesia. Hal itu berarti kualitas mutu pendidikan ilmu komunikasi harus terus meningkat untuk meningkatkan kualitas daya saing lulusan.

Semakin maju teknologi informasi, semakin banyak lulusan yang diciptakan dari program studi terkait, maka semakin tinggi permintaan tenaga kerja berkualitas. Karena Itu, mencetak generasi berkualitas tak hanya tanggung jawab pengelola institusi pendidikan, melainkan juga tanggung jawab masyarakat luas.

Penciptaan tenaga kerja dalam bidang ilmu komunikasi yang memiliki kemampuan melek teknologi akan mencapai titik maksimal ketika peserta didik juga dibekali dengan ilmu agama yang mencukupi. Keseimbangan inilah yang menjadi tujuan utama dari sebuah pendidikan. Setiap institusi pendidikan pasti memiliki tujuan menciptakan individu yang berakhlak dan berilmu, sehingga ketika terjun di masyarakat, individu-individu tersebut dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Dalam konteks pendidikan tinggi, ujung tombak terlaksananya komitmen dalam mencetak peserta didik yang bermanfaat bagi masyarakat luas dapat ditempuh melalui pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang sejalan dengan visi-misi institusi. Sepanjang pengalaman saya berkarya di institusi pendidikan, pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang selaras dengan visi-misi institusi merupakan tantangan yang membawa para akademisi dan peserta didik belajar tentang hal yang baru.

Selama ini kami berupaya menjadi institusi yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi kepentingan negara, masyarakat, maupun agama. Pelibatan mahasiswa menjadi titik penting dalam pembentukan peserta didik, karena mahasiswa dapat memperdalam kemampuan akademik melalui penelitian dan pengabdian yang dilaksanakan seorang dosen. Dengan demikian, mahasiswa akan memahami bagaimana mengimplementasikan ilmu hasil penelitiannya demi kepentingan masyarakat. (37)

— Nur Latifah Umi Satiti, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMS


Tags: