Sistem Dashboard Sebagai Solusi Temuan Itjen terhadap 25 Kelemahan Pendidikan Islam

Sistem Dashboard Sebagai Solusi Temuan Itjen terhadap 25 Kelemahan Pendidikan Islam

Pendis - Kegiatan Penguatan Pengelola Laporan Aplikasi Sistem Dashboard yang dilaksanakan oleh Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi Setditjen Pendidikan Islam menekankan arti pentingnya laporan kegiatan yang utuh dan komprehensif sebagai solusi atas temuan Itjen terhadap 25 kelemahan pendidikan Islam.


Kegiatan yang berlangsung di Bogor tanggal 2-4 Mei 2012 dihadiri narasumber dari Inspektorat Jenderal, Biro Ortala Kementerian Agama, serta tim pengelola laporan Dashboard. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelaporan berbasis internet yang efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan good governance.


Sistem Dashboard adalah sistem aplikasi berbasis internet yang menghimpun laporan akademis dan data dukung kegiatan yang diselenggarakan oleh Ditjen Pendidikan Islam dalam satu kesatuan utuh dan komprehensif. Sesuai dengan namanya dashboard digunakan sebagai alat pantau dan pengendalian atas kemajuan pelaporan dan pencapaian kinerja kegiatan yang dilakukan oleh tiap sub Direktorat dan Sekretariat di lingkungan Ditjen Pendidikan Islam setiap triwulanan.



Dari pelaporan dan evaluasi program yang teratur dan tertib secara berkala maka diharapkan bisa meminimalisir penyelewengan anggaran dan menguatnya pertanggungjawaban tiap unit kerja yang ada di lingkungan Ditjen Pendidikan Islam. Demokrasi pun menuntut keterbukaan selain peningkatan kinerja Kementerian Agama sebagai suatu entitas pemerintahan yang memiliki tanggung jawab publik. Ditjen Pendidikan Islam yang khusus menangani bidang pendidikan tidak lepas dari berbagai kekurangan sehingga fungsi pengawasan, pengendalian dan pemantauan atas proses pelaporan kegiatan harus diperkuat sehingga mampu memperoleh predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).


Kebijakan pengawasan yang dilakukan oleh Itjen di tahun 2012 yakni dengan cara antara lain pendampingan dan review laporan keuangan, audit Pendidikan, audit Perencanaan.  "Dari ketiga kebijakan pengawasan yang dilakukan oleh Itjen tersebut bisa diukur apakah sesuai dalam hal tepat jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran," ujar Sekretaris Itjen Kementerian Agama Drs. Maman Taufiqurohman, M.Pd.


Ada beberapa kelemahan bidang pendidikan berdasarkan hasil temuan audit Inspektorat Jenderal Kementerian Agama diantaranya : belum adanya penetapan kualitas pendidikan, masih ditemukan adanya pengunaan BOS dan bantuan siswa miskin yang tidak sesuai ketentuan, guru mengajar masih ada yang kurang dari 24 jam pelajaran, rencana pembelajaran masing-masing guru tidak dibuat sesuai ketentuan, guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan sertifikasinya, kurangnya tenaga pustakawan, bimbingan penyuluhan dan keberadaan laboratorium yang masih kurang peralatan untuk praktek, sosialisasi atas adanya perubahan kurikulum belum dilakukan secara optimal, siswa belum diperankan secara aktif dalam praktek belajar mengajar.


Dalam sistem pembelajaranpun masih mementingkan pada aspek knowledge saja sementara psikomotorik dan afektif belum optimal, motivasi dan kreatifitas untuk menggali potensi siswa masih kurang, persentase alumni yang diterima di jenjang yang lebih tinggi masih rendah, nilai UN pada beberapa mata pelajaran masih relatif lebih rendah dari sekolah umum, angka putus sekolah masih cukup tinggi, penyusunan program dan rencana kinerja madrasah belum jelas, evaluasi kinerja madrasah belum dikelola dalam suatu sistem akuntabilitas publik, gedung laboratorium tidak didukung dengan alat dan bahan praktikum, jumlah buku paket tidak seimbang dengan jumlah siswa, kurang intensifnya koordinasi antar madrasah dan para pengawas dalam mensiasati kelemahan penyelenggaraan pendidikan, minimnya keterlibatan unit pusat penjamin mutu pendidikan dalam proses kegiatan belajar mengajar, anggaran kurang memadai, masih terdapat alokasi dana bantuan yang tidak tepat sasaran, kepala sekolah tidak melakukan penilaian terhadap proses mengajar guru dan tidak melakukan kunjungan kelas secara rutin, pengawas pendais kurang optimal dalam pelaksanaan tugasnya, BSNP belum berjalan dengan baik.


Ir. Victoria Elisna Hanah, M.Pd selaku Kasubag Sistem Informasi Setditjen Pendidikan Islam mengamini pernyataan Set Itjen dengan menyampaikan bahwa kita harus membiasakan berdisiplin diri ketika menghadapi kendala yaitu termasuk 25 temuan Itjen tersebut. Jawabannya ada pada diri kita sendiri dari sisi pengendalian intern dan akan menentukan prestasi. "Kita harus memperoleh Wajar Tanpa Pengecualian  dan hal tersebut dapat dikendalikan melalui Aplikasi Dashboard ini," ujar Victoria.


 

Sementara itu Kabag Penyusunan Naskah dan Laporan Kebijakan Sekretariat Jenderal Kemenag Rijal Roihan, S.Ag, MA mengatakan bahwa Kementerian Agama sudah seharusnya memiliki sistem pelaporan yang kuat dan akuntabel sehingga setiap stakeholder yang ingin mengakses dan berkepentingan dengan data, informasi serta laporan yang dibuat bisa diperoleh dengan mudah, cepat dan lengkap.


 

"Sudah sepantasnya Kementerian Agama memiliki sistem dan sumber daya pelaporan baik fisik maupun anggaran yang baik apalagi Ditjen Pendidikan Islam yang memiliki pagu anggaran terbesar di lingkungan Kementerian Agama. Dengan dashboard ini diharapkan bisa mempermudah pelaksanaan hal tersebut, seperti halnya e-MPA yang juga sudah berjalan di lingkungan Kementerian Agama," tutup Rijal.

(sya/ra)
Tags: