STAINI Mengembangkan Kurikulum Enterpreunership

STAINI Mengembangkan Kurikulum Enterpreunership

Parung (Pendis) - STAI Nurul Iman--biasa disingkat STAINI--menyelenggarakan Haflah Akhirusanah sekaligus mewisuda lebih dari 350 mahasiswa pada Ahad kemarin (21/5) dengan kompetensi beyond program studi.

Umi Waheeda, Ketua STAINI, menyampaikan bahwa salah satu model yang diterapkan di STAINI adalah mahasiswa yang telah dinyatakan lulus pada sidang munaqasyah wajib melakukan "pengabdian" selama dua tahun. Hal itu dilakukan dalam rangka mengoptimalkan potensinya.

Seorang mahasiswa yang punya potensi enterpreunership misal di bidang pertukangan, lembaga akan memfasilitasinya mulai dari analisis penghitungan rancangan biaya hingga praktik bertukang. Ada juga mahasiswa yang kuat di bidang kitab kuning, harus melakukan pengabdian yang bisa diterapkan untuk menjadi "ustadz" dan secara intens harus melaporkan tugasnya, berapa santri yang berhasil ngaji kitab kuning dan seterusnya.

Ada juga yang intens di unit-unit usaha pesantren seperti aspek manajerial, keuangan atau bidang produksi. Unit usaha yang dimiliki yayasan dengan jumlah santri lebih dari 15.000 ini bergerak diberbagai bidang. Misalkan saja Ointika, perusahaan yang bergerak di bidang air kemasan, pembuatan roti, unit usaha herbal bawang putih, dan unit lainnya. Menariknya adalah pengembangan dan pengolahan usaha tersebut adalah hasil dari hibah teknologi Jepang.

"Dengan pendekatan tersebut, produk STAINI dapat menguasai ilmu pengetahuannya melampaui jurusannya," cerita Mahbub, salah satu dosen STAINI. Hal senada juga disampaikan oleh Anis Masykhur pada saat penyampaian orasi ilmiahnya. "Lulusan PTKI memang tidak ada jaminan untuk bekerja sesuai dengan bidang ilmu atau jurusan yang dipilihnya," terangnya menjelaskan. "Namun, dia bisa dijamin dapat pekerjaan meski tidak sesuai dengan bidang ilmunya," jelasnya lebih lanjut di hadapan para santri dan wisudawan yang diikuti riuh rendah tepuk tangan para santri. "Tidak mengherankan, jika lulusan STAINI ada yang jadi manajer di Bank BCA," tutur Umi saat memberi wejangan. "Tuh Dody, sekarang kerja di BCA dengan gaji di atas 15 juta," contoh Umi sambil menunjuk Dody, alumni yang juga hadir di acara. Ada pula yang menjadi pengusaha, dan lain sebagainya.

Terobosan penyelenggara pendidikan ini ditempuh di tengah kemandulan lembaga pendidikan formal memediasi tumbuh kembangnya potensi peserta didik. Meski tidak jarang pihak penyelenggara menuai kritik pedas. Ada yang mengatakan misalnya kalau pihak yayasan mempekerjakan anak di bawah umur. Namun hal itu bisa dijelaskan di hadapan publik. (n15/dod)


Tags: