Substansi Pengetahuan Siswa Kurang

Substansi Pengetahuan Siswa Kurang

SEMARANG - Kegagalan Ujian Nasional (UN) mapel bahasa Indonesia dalam dua tahun terakhir ini bukan semata karena prestasi nilai siswa dan kompetensi guru kurang atau kurikulum yang salah, namun disebabkan oleh kompetensi kebahasaan atau substansi pengetahuan terhadap bahasa mereka memang kurang. Tanpa disadari selama ini siswa menganggap mudah mapel ini dibandingkan dengan pelajaran lainnya.

”Pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap mereka mudah selama ini sebenarnya menyimpan kerumitan dibandingkan dengan Matematika atau bahasa Inggris yang mudah ditangkap. Di samping itu, kompetensi guru bahasa Indonesia juga perlu ditingkatkan,” kata Pakar Linguistik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Rustono, Kamis (26/5).

Lingkungan menjadi faktor utama yang membuat murid terpengaruh, misalnya dari tontonan televisi atau pergaulan. Mengapa seperti itu? sebab, penggunaan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari di lingkungannya sebetulnya banyak yang salah.

”Misalnya saja, sepengetahuan mereka kata sekadar itu adalah sekedar, kemudian contoh kalimat Sri Mulyani Menduduki Menteri Keuangan, jika diartikan sebenarnya itu salah. Penggunaan bahasa seperti inilah yang perlu diperbarui. Sebab, kondisi kesalahan bahasa sudah sangat memprihatinkan. Karena itu, lingkungan harus tertib dalam berbahasa dan jangan asal berkomunikasi, tapi juga perlu menggunakan dengan baik dan benar,” jelasnya.

Saat ini Badan Nasional Standardisasi Pendidikan (BNSP) sedang memperbaiki kurikulum. Tidak hanya untuk bahasa Indonesia, tapi juga mata pelajaran lainnya seperti Matematika dan bahasa Inggris. Perbaikan kurikulum dilakukan secara periodik setiap lima tahun sekali, karena kurikulum memang perlu ditinjau secara berkala.

Rustono yang turut menyusun kurikulum bahasa Indonesia bersama BSNP mengemukakan, hal yang diperbaiki yakni standar isi. ”Saat ini sedang berjalan hingga tahap ketiga dan akan berakhir pada akhir November 2011,” tuturnya.

Guru perlu meningkatkan kemampuan secara individual atau bersama-sama dengan program pemerintah. Sementara sekolah secara intensif melakukan bimbingan kepada siswa dan guru.

Keberadaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menjadi faktor pengaruh, karena kesempatan berbahasa Indonesia di sekolah berkurang disebabkan siswa lebih berkonsentrasi menggunakan bahasa Inggris dalam pembelajaran. (K3-37)


Tags: