Tantangan Kiai Desa di Tegal Menjaga Pancasila: Otoritarianisme dan Populisme

Tantangan Kiai Desa di Tegal Menjaga Pancasila: Otoritarianisme dan Populisme

Hasil penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa walaupun tampak jelas bahwa membela Pancasila ada dalilnya dalam Islam, akan tetapi ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh kiai desa dalam mempertahankan ideologi Pancasila. Di antara tantangan dalam menjaga ideologi Pancasila adalah otoritarianisme dan populisme.

Otoritarianisme ini dilakukan oleh santri baru yang berusaha mendelegitasi keilmuan kiai. Santri baru adalah santri yang belajar agama secara instan dan berbekal dalil yang seadanya kemudian menyalahkan kiai-kiai desa. Sebagaimana contoh yang disebutkan dalam penelitian tersebut bahwa Kiai Mahrus, salah seorang kiai di Suradadi, bagian timur Kabupaten Tegal, ditentang dan disalah-salahkan oleh santri yang dulu pernah diajarinya mengaji walau hanya menggunakan segelintir dalil.

Menurut Kiai Mahrus, anak-anak zaman sekarang, khususnya di daerah Tegal dalam kondisi yang mengkhawatirkan karena mereka telah kehilangan adab. Hal ini disebabkan peran media sosial yang menyajikan informasi agama secara instan, sehingga berani menyalahkan kiai yang dulu mengajarinya mengaji walau bermodal satu dalil. Dengan menjamurnya gejala otoritarianisme di kalangan milenial menyebabkan tantangan sendiri dalam memelihara Pancasila dan moderasi dalam beragama.

Tantangan menjaga Pancasila yang dialami kiai desa berikutnya adalah populisme. Populisme adalah sebuah strategi mobilisasi masyarakat yang diterapkan oleh tokoh politik tertentu. Ciri populisme yakni strategi mobilisasi dengan menciptakan musuh dan penganggapan diri sebagai tokoh. Penciptaan musuh itu dilakukan guna membuat ancaman sosial bagi semua. Populisme menghancurkan kultur, nilai, dan institusi masyarakat yang memiliki jiwa hidup bersama.

Populisme ini menjadikan masyarakat memandang sesuatu dengan oposisi biner. Yaitu, menjadikan dua hal yang saling bertentangan. Kalau tidak benar ya tentu salah, kalau tidak putih yang pasti hitam, populisme tidak pernah mengenal istilah abu-abu.

Dengan demikian para tokoh yang menggunakan strategi populisme akan saling mengadu domba masyarakat. Menganggap semua kiai yang menjaga NKRI adalah musuh, sedangkan yang memperjuangkan negara syariah adalah tokoh utama. Tentu hal seperti akan menjadi tantangan sendiri bagi kiai di desa dalam menjaga ideologi Pancasila.

Penulis: Ahmad Khalwani
Editor: Kendi Setiawan
Tags:
#kiai desa#Tegal#Pancasila#Diktis#Kemenag


Tags: