USBN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ; Sekolah Keluhkan Pengemasan Soal

USBN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ; Sekolah Keluhkan Pengemasan Soal

YOGYA (KR) - Pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) Pendidikan Agama Islam (PAI) di sejumlah sekolah berjalan kondusif dan lancar. Namun, pengemasan soal yang tidak disusun berdasarkan jumlah siswa dalam satu ruangan sempat dikeluhkan pihak sekolah. Selain itu, tidak adanya amplop ruangan dan amplop sekolah pengembalian (biasa digunakan setelah ujian selesai) memaksa sekolah harus menyiapkan sendiri.

Demikian dikatakan beberapa pimpinan SMA di Kota Yogyakarta kepada KR secara terpisah, Rabu (16/3). Waka Kurikulum SMA Negeri 2 Yogyakarta, Drs Jumadi MSi mengatakan, jumlah peserta ujian di sekolahnya 228 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 202 siswa mengikuti USBN PAI, 9 siswa mengerjakan soal Agama Katolik dan 16 siswa soal Agama Kristen. Karena naskah USBN PAI tidak dikemas berdasarkan jumlah siswa dalam satu ruangan sekolah terpaksa harus memisah sendiri.
Kondisi tersebut selain membutuhkan kecermatan dari pengawas juga membutuhkan waktu khusus. “Secara prinsip pelaksanaan ujian di tempat kami cukup lancar. Namun, kalau boleh usul lebih baik apabila dalam mengemas soal bisa disesuaikan dengan jumlah siswa dalam satu ruangan. Tidak seperti sekarang, misalnya dalam satu ruangan ada 16 orang siswa terpaksa panitia harus mengurangi sendiri,” jelas Jumadi seraya menambahkan, hal itu terpaksa dilakukan karena panitia dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) hanya menyediakan soal berdasarkan jumlah siswa tapi tidak dipisah sesuai ruangan.
Komentar serupa diungkapkan Kepala SMA Negeri 10 Yogyakarta Drs Timbul Mulyono MM. Menurutnya, pelaksanaan USBN PAI di tempatnya berjalan cukup lancar. Tapi, sebagai pelaksana di lapangan dirinya menyayangkan model pengemasan soal yang disusun tidak berdasarkan jumlah siswa dalam satu ruangan serta amplop (pengembalian) yang harus menyediakan sendiri. “Karena ini masih pertama kali kami bisa memahami jika dalam pelaksanaannya ada kekurangan. Mudah-mudahan ke depan bisa dijadikan bahan evaluasi oleh panitia,” ungkap Timbul.
Sebagai pelaksana di lapangan Timbul berharap agar ke depan USBN tersebut tidak hanya diberlakukan bagi Agama Islam, tapi juga agama lain (Kristen, Katolik, Hindu, Budha). Semua itu harus diimbangi dengan sosialisasi yang baik dan dilakukan sejak awal tahun ajaran.
Seperti SMA/SMK yang lain, sekolah di lingkungan Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah DIY juga menggelar ujian Pendidikan Agama Islam. Tetapi, materi soal yang membuat Majelis Dikdasmen PW Muhammadiyah DIY. Ujian berlangsung empat hari, materinya disebut Ismuba, meliputi Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab.
“Bukan hanya tertulis, tapi juga ada ujian praktik,” kata Kepala SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Drs HM Mahfudz MA di ruang kerjanya.
Materi soal meliputi Alquran, hadits, fikih, akidah, akhlak, tauhid dan Kemuhammadiyahan. Ujian praktik meliputi ibadah, baca Quran, Bahasa Arab dan Kemuhammadiyahan. Setiap hari empat Mapel Ismuba. Ujian tersebut menjadi ciri dunia pendidikan di lingkungan Muhammadiyah. (Ria/War) -m


Tags: