Sleman (Pendis)-- Madrasah di lingkungan Kementerian Agama telah menerapkan pendidikan inklusi yang ramah melayani kaum difabel. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramdhani berharap layanan kepada kelompok disabel semakin baik kualitasnya, sehingga ekosistem pendidikan yang setara tanpa diskriminasi dapat terwujud.
"Mari kita berikan pendidikan kepada semua golongan dengan kekuatan cinta," katanya saat acara Temu Terap Madrasah Inklusif yang digelar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Sleman, Yogyakarta, Jumat (3/12/2021). Kekuatan cinta merupakan inti dari pendidikan tanpa diskriminasi karena di sana terdapat spirit afirmasi kepada mereka yang memiliki keterbatasan.
Di sela-sela acara ini dilakukan pengukuhan pengurus Forum Pendidik Madrasah Inklusi (FPMI) Provinsi Yogyakarta dan peluncuran portal FPMI Pusat.
Ali Ramdhani melanjutkan, pendidikan yang berhasil akan datang dari adanya rasa cinta kepada apa yang dipelajari. Dengan pendidikan inklusi, Kemenag memberikan cinta kepada semua anak bangsa tanpa berpihak.
Kemenag telah mencanangkan madrasah sebagai unit pendidikan ramah difabel. Saat ini populasi madrasah difabel masih terbatas namun akan terus ditingkatkan. Ketika madrasah menunggu kelengkapan infrastruktur, mereka tidak boleh menolak siswa difabel.
Saat ini kemenag baru memiliki 77 madrasah inklusi yang sebarannya belum merata, masih didominasi oleh wilayah pulau Jawa, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Banten. Untuk yang di luar pulau Jawa baru Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh. Untuk perguruan tinggi baru ada satu, yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
MAN 2 Sleman adalah madrasah inklusi yang menjadi percontohan Kemenag pertama kali. Madrasah inklusi adalah satuan madrasah reguler yang menyiapkan sarana dan fasilitas untuk para disabilitas, termasuk guru pendamping khusus.
Madrasah inklusi ini dilengkapi berbagai fasilitas pro disabel, seperti ramp yang bisa diakses menggunakan kursi roda, guiding block untuk disabilitas netra, literasi braille, komputer khusus, aplikasi Jaws dan Envudia, yang dapat mengubah teks menjadi suara, serta ruang Unit Layanan Difabel (ULD). Di sini para penyandang disabilitas belajar bersama dengan siswa umum dengan fasilitas memadai.
Pendidikan inklusi yang dirintis MAN 2 Sleman telah menghasilkan prestasi. Yang terkini, siswa difabel MAN 2 Sleman meraih juara 3 kompetisi International Avicenna Youth Science Fair (IAYSF) Teheran, Iran 2021.
Nur Eko Saputra, Farah Mujahidah, Setyaningrum, Ikhwan Khanafi, Imam Mustofa, dan Fani Mega Rahmawati yang merupakan siswa difabel netra membuat karya ilmuah yang berjudul “Self-Concept Development Of Adolescents With Blind Disabilities (Case Study of MAN 2 Sleman)”.
Prestasi lain juga kerap diraih siswa difabel MAN 2 Sleman, seperti di ajang Matsama, Internasional Science and Invention Fair (ISIF), dan Madrasah Young Researcher Super Camp (MYRES). (Mjr/Humas
Bagikan: