Yogyakarta (Pendis)-- Kesempurnaan manusia itu adalah ketika dia mampu menutupi kekurangannya dengan ikhtiar maksimal. Di antara kita terdapat para penyandang disabilitas yang telah melakukan banyak aktifitas, melampaui segala keterbatasannya.
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramdhani dalam sambutan Peringatan Hari Disabilitas Internasional Kemenag Tahun 2021 yang digelar di Gedung Prof. Soenardjo, kompleks kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (3/12/2021).
"Dalam peringatan Hari Disabilitas ini kita belajar tentang bagaimana mengoptimalkan segala sumber daya yang kita miliki, dengan cara memanfaatkan yang ada bukan meratapi yang tidak ada," tandasnya di depan 200 undangan dalam format round table dengan protokol kesehatan.
Dalam balutan baju khas Jawa lengkap dengan blangkon, Ramdhani menegaskan pentingnya penghargaan, penghormatan, dan perlakuan adil tanpa diskriminasi kepada para penyandang disabilitas/difabilitas. "Dalam pespektif saya manusia itu diciptakan sempurna, dengan kelebihan khas yang tidak bisa diseragamkan," katanya.
Acara yang mengambil tema "Pendidikan tanpa diskriminasi setara untuk semua" ini dihadiri istri Menteri Agama RI, Ny. Eny Retno Yaqut, Sekjen Kemenag Nizar Ali, para direktur di lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, para rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan para tamu undangan.
Dari segi kebijakan, Ditjen Pendis telah melakukan pemetaan dan membangun infrastruktur dengan asistensi pakar disabilitas. Selanjutnya diperlukan komitmen untuk menjaga dan menerapkan fasilitas untuk mendukung pembelajaran ramah difabel. "Saya berpesan, hal ini jangan sampai hanya menjadi artefak kebijakan, tetapi harus dilaksanakan secara konsisten," tandas Dhani.
Bila dari Kemenag pusat telah membuat kebijakan dan mempersiapkan infrastruktur, maka seluruh satuan pendidikan diharapkan dapat mengimplementasikan dan membudayakan nilai-nilai pendidikan Islam yang adjustable dengan kebutuhan khusus.
Sejauh ini Kemenag telah mencanangkan semua unsur pendidikan Islam di bawah naungan Ditjen Pendis sebagai unit sekolah ramah disabilitas. Tidak hanya madrasah, tetapi semua unit mulai Raudlatul Athfal hingga perguruan tinggi. "Saat ini jangan ada lembaga pendidikan Islam yang menolak mendidik anak bangsa berkebutuhan khusus. Justru kita bertanya, sejauh mana kita bisa memberi yang terbaik bagi mereka,".
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin, mengungkapkan, kebijakan Kemenag telah diimplementasikan dalam satuan pendidikan, di antaranya UIN Sunan Kalijaga. Bahkan UIN Sunan Kalijaga ditetapkan sebagai kampus Islam pertama yang ramah difabel sejak tahun 2007.
"Disabilitas itu bukan soal ilmu atau akhlaq, tetapi kenyataan hidup," katanya. Tak dapat dimungkiri, Tuhan menciptakan disabilitas dan itu bukan untuk dihindari, tetapi untuk diakomodir dan diafirmasi.
Pendidikan tanpa diskriminasi, lanjut Makin, adalah praktik baik tidak hanya untuk tujuan diskusi akademik, tapi juga pelayanan masyarakat. Kepedulian terhadap difabel juga sebagai upaya agar universitas tidak di menara gading tapi memiliki kontribusi yang jelas kepada semua lapisan masyarakat.
Dalam rangkaian peringatan ini, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah menggelar rangkaian empat kegiatan, mulai Indonesian Conference on Disability Studies and Inclusive Education ICODIE, Annual Conference on Community Engagement for Peaceful Transformation (ACCEPT), peringatan puncak Hari Disabilitas Internasional Kemenag 2021, dan deklarasi hari disabilitas.
Hari disabilitas adalah hari peringatan internasional terhadap kaum disabel yang ditetapkannya pertama kali oleh PBB pada 3 Desember 1992. Dalam hal ini, UIN Sunan Kalijaga mendapatkan inklusi award dari Kemenristekdikti pada tahun 2013. (Mjr/Pendis)
Tags:
#KEMENAGBagikan: