Pendis - Sebagai sebuah entitas organisasi dengan jumlah satker terbanyak di lingkungan Kementerian Agama bahkan mungkin di Indonesia, Ditjen Pendidikan Islam membutuhkan tenaga perencana yang potensial dan kompeten guna melakukan fungsi perencanaan yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen tata kelola yang profesional.
Ditjen Pendidikan Islam yang memiliki lebih dari 4000 satker, yang tersebar dari pusat dan daerah di seluruh Indonesia. Belum lagi jumlah anggaran yang mencapai hampir 40 triliun rupiah untuk tahun anggaran 2013 hanya untuk alokasi anggaran pendidikan Islam. Dengan demikian menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan Ditjen Pendidikan Islam memiliki manajemen tata kelola yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip good governance dan transparansi publik, apalagi saat ini dengan tuntutan adanya keterbukaan informasi publik yang senantiasa mesti disampaikan secara terbuka dan berkala kepada masyarakat luas.
Dalam fungsi manajemen pun, peran perencanaan dinilai signifikan guna memberikan arah pembangunan yang baik ke depan, selain proses pelaksanaan, mengatur dan mengontrol/mengevaluasi bagaimana sebuah program/kegiatan dapat berjalan sesuai dengan target yang telah ditentukan, baik itu tepat jumlah, tepat waktu maupun tepat sasaran. Perencanaan anggaran menjadi urgen guna memberikan warna positif pembangunan nasional. Dalam perspektif tersebut, aspek sumber daya manusia perencana sangat dibutuhkan untuk senantiasa ditingkatkan kompetensi dan komitmennya guna mendukung berbagai proses pembangunan pendidikan Islam.
Disampaikan dalam kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Data Perencanaan Program Pendidikan Islam Tahun 2014 yang dilaksanakan di Yogyakarta, 21-24 September 2013, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA bahwa beliau dapat memahami pekerjaan perencanaan program dan anggaran merupakan aktivitas yang membosankan dan melelahkan sehingga sesekali perlu penyegaran dalam bentuk kegiatan peningkatan kompetensi tenaga perencana yang terstruktur efektif namun menyenangkan, "dipahami bahwa pekerjaan perencanaan boring, melelahkan, jadi perlu refreshing," ujar Kamaruddin.
Sekretaris juga menekankan perlu adanya kegiatan peningkatan kompetensi tenaga perencana karena sejauh ini belum ada orientasi untuk meningkatkan kemampuan tenaga perencana. "Alasannnya karena struktur perencanaan anggaran punya potensi masalah, karena seharusnya ada tenaga perencana tingkat eselon I ke bawah yang profesional. Selama ini perencana hanya staf. Kerjanya profesional tapi statusnya amatir," ungkap Kamaruddin.
Belum lagi masalah regulasi untuk proses perencanaan yang masih tumpang tindih sehingga seringkali antara proses perencanaan dengan data tidak sinkron. Menurut Kamaruddin perencanaan dengan data di lapangan perlu sinkronisasi, "tanpa back up data yang bagus, maka menjadi tidak perfect. Sehinga keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan."
"Misalnya berapa kebutuhan rehab berat, tidak bisa hanya kira-kira, tapi dengan menggunakan data-data yang ada di lapangan, jadi ada dasar yang kuat. Selain itu tuntutan perencana sangat berat, selain pengetahuan teknis, harus menjadi pemikir. Kemudian contohnya lagi di perguruan tinggi agama Islam negeri perlu ada think-tank sehingga perencana yang menunjang. Ada diskusi perencana di level jurusan, lanjut ke fakultas dan seterusnya, sehingga match dengan kebutuhan. Yang ada sekarang aktivitas yang bersifat rutinitas, tanpa ada sesuatu yg baru," papar Kamaruddin.
Kamaruddin pun berharap para perencana baik level pusat maupun daerah diberi perhatian khusus agar ditingkatkan kompetensi dan profesionalismenya agar senantiasa memiliki komitmen dan kerja keras yang tinggi. Dia juga menghimbau agar para tenaga perencana tersebut tidak sungkan mengingkatkan pimpinan masing-masing agar memberi perhatian hingga proses pelaksanaan, evaluasi dan kontrolnya. Sebuah sikap pimpinan yang berkelanjutan hingga tahun-tahun berikutnya.
"Para perencana di perguruan tinggi kami mohon kampus diperhatikan, untuk mengingatkan pimpinan, supaya tidak hanya semangat membangun gedung tapi perhatikan maintenance juga bangunan kampus, kalau ada yang rusak sehingga tidak terjadi rusak yang parah," tutup Kamaruddin dalam arahannya.
(sya/ra)Bagikan: