"Jangan amanahkan bangunan tinggi kepada arsitek yang tidak kompeten, bangunan akan runtuh sebelum waktunya. Jangan amanahkan dokter yang tidak ahli mendiagnosa pasien, nyawa taruhannya. Jangan biarkan agama diajarkan oleh mereka yang bukan ahlinya, generasi bangsa taruhannya."
Serpong (Pendis) - Demikian kalimat pembuka dan penyemangat dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamarudin Amin di Serpong saat membuka acara "Penyusunan Juknis/Juklak/Pedoman (Buku Pengayaan PAI SD Tahun 2016)". Ia mengapresiasi tim Penulis Buku Pengayaan dengan memberikan materi penguatan tentang keterbutuhan skill dan kemampuan penulis terhadap memahami substansi yang dibutuhkan peserta didik.
Pada kegiatan yang dilaksanakan 7 s/d. 9 Desember 2016, Dirjen juga menyampaikan bahwa sebenarnya otorotatif penulisan buku PAI adalah kewenangan Kementerian Agama. Karenanya Kemenag akan meminta kewenangan penulisan buku PAI kepada Kemdikbud. Dengan kata lain, Dirjen akan mengusahakan agar Buku teks PAI ditulis oleh tim penulis Kemenag. Tentu hal ini menjadi sebuah kesempatan sekaligus tantangan bagi Guru PAI untuk mengembangkan potensi dan profesi. Dan karenanya, ia sangat berkeinginan untuk membaca dan menelaah hasil kerja tim buku pengayaan PAI sebagai bentuk rasa tanggung jawab terhadap substansi isi buku tersebut.
Pada akhir sambutan Kamarudin menyampaikan testimoni menarik ketika mengunjungi negara Jepang. Jepang mengklaim bahwa mereka telah berhasil membentuk karakter peserta didik melalui "moral education". Substansi moral education adalah they have to respectt themselves, they have to respect others and they have to respect the nature. Dengan hanya satu jam perminggu Jepang mampu mengkonstruksi nilai-nilai positif, lalu bagaimana dengan Indonesia yang jumlah jam PAI-nya lebih banyak?. PAI harus mampu memberikan kontribusi dalam membentuk karakter anak bangsa karena PAI is not only teaching, but it`s how to construct the character, ujarnya. (wikan/dod) (foto dok: Yoni Haris)
Bagikan: