Bekasi (Pendis) - Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin mengajak semua mahasantri yang mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama melalui program PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) untuk menjadi generasi yang mampu bersaing di dunia internasional.
"Tantangan Indonesia ke depan tidak bisa dilepaskan dari tantangan global, bahwa konpetisi ke depan akan bersifat global. Karena itu kita juga dituntut untuk menyiapkan generasi yang memiliki kompetensi berskala global, bersifat internasional," tegasnya.
Karena itu Kamaruddin meminta agar para mahasantri PBSB ini juga menyiapkan kompetensi diri secara global. Menurutnya, banyak sekali kompetensi yang harus dimiliki jika kita ingin bisa berkompetisi secara internasional. "Pertama, anda harus menguasai ilmu yang sekarang sedang anda pelajari. Apapun ilmu yang sedang anda pelajari, anda harus menjadi ahlinya," pintanya.
"Tantangannya bukan pada jurusan/prodi apa yang sedang anda pelajari, tapi seberapa kualitas keilmuan anda. Karena semua prodi sesungguhnya punya pasarnya masing-masing. Apakah kita bisa survive atau tidak, tergantung kita," tambahnya.
Selain penguasaan ilmu pengetahuan, Kamaruddin meminta agar mahasantri PBSB juga memiliki kompetensi dasar untuk mengaruhi persaingan global, foundational competensess, diantaranya adalah kemampuan bahasa.
"Anda harus menguasai bahasa Inggris. Tidak ada alasan untuk tidak menguasainya. Di kampus manapun anda belajar, prodi apapun yang anda pilih, anda harus menguasai bahasa Inggris. Dan era teknologi ini, tidak ada alasan tidak bisa bahasa Inggris, karena satana untuk itu sangat mudah. Jangan wisuda sebelum menguasai bahasa Inggris," pintanya.
Setelah itu, Kamaruddin meminta agar para mahasantri PBSB memiliki interpersonal communication. "Anda harus memiliki kemampuan komunikasi sosial yang baik. Anda harus bisa berkomunikasi dan bergaul dengan semua pihak, dengan semua kalangan, semua level," yakinnya.
Kamaruddin mengingatkan, banyak orang pintar, penguasaan ilmunya bagus, kemampuan bahasanya juga bagus, tapi kemampuan komunikasinya kurang baik, akhirnya gagal, karena sombong, menjengkelkan, dimanapun berada selalu menjadi perusak.
"Orang seperti ini biasanya tidak sukses, karena persaingan ke depan membutuhkan kolaborasi, kerjasama. Orang sukses selalu berhasil berkolaborasi, membangun jaringan, membuat komunitas," tegasnya
Karenanya, Kamaruddin meminta agar para mahasantri bisa memanfaatkan kesempatan kuliah dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan berlangsung di Bekasi selama 3 hari, 22-24 September, diikuti 50 peserta perwakilan dari perguruan tinggi mitra Kementerian Agama seperti UGM Yogyakarta, ITS Surabaya, Unair Surabaya, IPB Bogor, UPI Bandung, UIN Jakarta, dan yang lainnya. [beta]
Bagikan: