Bogor (Pendis) - "Dengan pengetahuan dan pengalaman yang selama ini di peroleh di Yayasan Sulaimaniah Istambul Turki, kalian para Tahfidzul Quran bisa menjadi pelopor internasionalisasi al-Quran". Demikian harapan Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si, Dirjen Pendidikan Islam, pada acara Post Departure bagi Santri Alumni Program Tahfidz al-Quran di Turki yang berlangsung di Bogor pada tanggal 29-30 September 2013.
Kalian dapat ikut berperan mengembangkan al-Quran di negara-negara tempat penempatan pengabdian (Eropa, Afrika dan Asia) melalui jaringan UICCI (United Islamic Cultural Centre of Indonesia) dan lebih khusus bisa mendesiminasikan metodologi menghafal al-Quran yang relatif cepat di pesantren-pesantren tahfidz di Indonesia, lanjut Nur Syam.
Beberapa pilihan lainnya sekembali dari Turki adalah memperkuat basis pesantren tahfidzul quran. Saudara dapat menjadi imam, pengajar, ustadz dan kyai di luar negeri. Karena disinyalir oleh Nur Syam, berkembangnya Islam di Afrika Selatan misalnya karena dakwah jasa ulama dari Makassar. Hal yang sama secara historis, kaum tarekat juga berperan besar merubah dunia. "Jadi salah kalau kalau Tarekat hanya identik dengan kuburan. Kyai Mojo misalkan, itu adalah ulama yang mendampingi Pangeran Diponegoro melawan penjajah. Pemberontakan petani banten juga dipelopori oleh para ulama Tarekat", terang Nur Syam.
Nur Syam memberikan apresiasi kepada para santri Tahfidzul Quran: "anda semua sudah berada di jalan yang benar, karena berada dilingkungan para penghafal al-Quran dan Saudara tergabung dalam kelompok Islam moderat dan Turki sama dengan Indonesia sama-sama menjadi basis Islam moderat".
Sementara itu, Dr. Ahmad Zayadi, M.Pd, selaku Kasubdit Pendidikan Diniyah menyampaikan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk meneguhkan kembali komitmen intelektual, moral dan keagamaan dalam bingkai NKRI setelah kurang selama 2 tahun menimba ilmu pengetahuan di Turki. Selain itu sebagai upaya memperkuat jejaring para penghafal al-Quran di Indonesia. Dengan demikian manfaat jangka panjangnya adalah pemberdayaan dan pengembangan pesantren tahfidz di tanah air dapat dipercepat.
Sebagaimana diketahui Kementerian Agama RI telah menjalin kerjasama dengan Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia-Turki (United Islamic Cultural Centre of Indonesia-Turkey) sejak tahun 2010 untuk mencetak para penghafal al-Quran melalui sebuah Program BeasiswaTahfizh Al-Quran ke Turki sejak tahun 2010 dengan sebuah Program Beasiswa Tahfizh Al-Quran ke Turki dengan model pembelajaran 1-2 tahun di Indonesia dan 2 tahun di Turki.
Tidak lupa atas nama Kementerian Agama RI, Nur Syam mengucapkan terimakasih yang mendalam dengan pihak UICCI terutama kepada Pak Hakan dan Pak Farhat Bas sebagai Pimpinan UICCI di Indonesia yang telah memfasilitasi program beasiswa Tahfidzul Quran ini. Kedepan kita perlu mengoptimalkan pemanfaatan alumni Turki ini baik untuk pengembangan Pesantren Sulaimaniah maupun pesantren-pesantren lainnya.
Sementara itu pihak UICCI yang diwakili Ustadz Farhat Bas, warga Negara Turki, yang telah lama menetap di Indonesia, mengucapkan apresiasi yang tinggi atas dukungan Menteri Agama RI, Direktur Jenderal Pendidikan Islam dan Direktur Pdpontren yang telah berkenan menjalin kerjasama untuk mencetak para tahfidzul Quran di Indonesia. "Tanpa kebijakan dan kemauan keras bapak-bapak semua di Kementerian Agama program ini akan sangat sulit terwujud dengan baik".
(rb/ra)Bagikan: