Jakarta (Pendis) - Menyikapi peristiwa kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya 9 korban meninggal dan 40 korban luka-luka di Surabaya, Minggu (13/05), Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI Kamaruddin Amin mengecamnya sebagai tindakan tidak manusiawi.
"Terorisme tersebut sangat biadab mencederai kemanusiaan," ujar Kamarudin Amin di Jakarta, Minggu (13/05).
Disampaikan Kamaruddin, bahwa terorisme dan kekerasan diproduksi oleh radikalisme moral dan intelektual. Mereka biasanya subyektif dalam melihat person atau komunitas lain yang berbeda pandangan dan dianggapnya sebagai kebathilan. "Pendidikan Islam perlu menjadi penyeimbang dalam kekacauan persepsi tersebut," ujarnya.
Guru Besar UIN Makasar tersebut meminta agar nilai-nilai toleransi dan moderasi (wasathiyah Islam) diperkuat dalam proses pendidikan Islam. "Segera jabarkan ide moderasi Islam dalam semua instrumen pendidikan," ujarnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Pokja Implementasi Moderasi Agama (IMA) pada Ditjen Pendidikan Islam akan melakukan mainstreaming moderasi Islam pada seluruh jenjang pendidikan. "Kami segera membuat pemetaan dan prioritas dalam menyebarkan ajaran keagamaan yang inklusif, toleran dan moderat," ujar Ketua Pokja IMA, Aceng Abdul Azis.
Menurut Aceng, moderasi agama merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Para pendidik dan tenaga kependidikan perlu bersinergi dengan alim ulama dan tokoh masyarakat. Kelancaran komunikasi dan dialog sangat penting untuk mengkondusifkan suasana.
Dijelaskan, program Pokja IMA Semester l Tahun 2018 adalah penyusunan draft Peraturan Menteri Agama tentang IMA, dan finalisasi Grand Desain IMA dalam Bidang Pendidikan Islam. (A3/dod)
Bagikan: