Jakarta (Pendis) - Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Kementerian Agama menandatangani kerjasama dengan Islamic Quality Assurance (IQA) di Hotel Grand Cempaka Jakarta pada Selasa (06/10/15). Kerjasama ini dilakukan pada acara pembukaan Internasional Seminar, rountable, and executive board meeting of Islamic-QA.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin atas nama Menteri Agama menyampaikan apresiasi kepada Kepala Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang telah menginisiasi penyelenggaraan Seminar Internasional sekaligus Rountable dan Executive Board Meeting dengan tema yang sangat menarik: "Institutional Partnership on Quality Assurance in Strengthening Islamic Higher Educaton".
Hadir juga dalam pertemuan tersebut Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M. Nasir, Presiden IQA Jawaher al-Mudhaki, Ketua BAN-PT Mansyur Ramly, serta pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.
Dalam sambutannya, Kamaruddin mengatakan bahwa tema yang diangkat sangat relevan seiring dengan perkembangan pendidikan tinggi Islam di Indonesia dewasa ini. Beliau juga mengemukakan bahwa perguruan tinggi Islam telah mengalami transformasi yang luas jangkauannya bagi pembentukan identitas kebangsaan Indonesia, bahkan identitas kemusliman dunia. Pertama, perguruan tinggi Islam mendapat dukungan yang kuat dari komunitas muslim yang memiliki pandangan keagamaan yang berbeda-beda. Pada saat yang sama perguruan tinggi Islam juga berada pada lingkungan sosiologis yang majemuk baik suku, bahasa, dan agama.
Kedua, perguruan tinggi Islam merupakan `berkah` bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Indonesia yang demokratis dan pluralistik seperti sekarang ini sedikit banyak merupakan sumbangan perguruan tinggi Islam.
Ketiga, kajian keislaman yang moderat, inklusif, tetapi modern yang dikembangkan perguruan tinggi Islam menjadi perekat yang efektif dari berbagai pandangan keagamaan yang beragam dan menjadi "meeting pot" dari berbagai faham keagamaan yang ada di Indonesia.
Keempat, menjadi unsur perekat kebangsaan yang dilandasi nilai-nilai luhur agama; menciptakan infrastruktur keberagamaan yang moderat; mendukung suasana Indonesia yang demokratis; dan menyiapkan warga bangsa yang menghargai kemajemukan, perbedaan pendapat, toleran, santun, dan inklusif.
Kelima, jumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia yang mencapai 642 lembaga merupakan jumlah terbesar di seluruh dunia Islam. Sehingga Kamaruddin juga mengharapkan agar Integrasi keilmuan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum lebih kuat lagi dikembangkan melalui Universitas Islam Negeri (UIN). Sesuai dengan main mandate dan core business yang diberikan kepada UIN, penerapan integrasi keilmuan ini menjadi distingtif dan menjadi pembeda dengan perguruan tinggi lain, bahkan dengan perguruan Islam di dunia.
Di akhir sambutannya, Kamaruddin juga berharap agar melalui seminar ini lahir pemikiran-pemikiran baru dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi Islam.
(Pye-RY/dod)
Bagikan: