Jakarta (Pendis) - "Sampai tahun ini, mahasiswa PTAI berjumlah 700 ribu, sampai 2019 ditargetkan mencapai 1juta orang", demikian dikatakan Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin, pada saat Launching dan Sosialisasi Seleksi Presentasi Akademik Nasional (SPAN) dan Ujian Masuk (UM) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Tahun 2015 di Auditorium HM. Rasjidi, Kementerian Agama Jl. Thamrin No. 6, Selasa (27/01/2015).
Peraih Master dari Universitas Leiden, Belanda ini menjelaskan dua cara agar pertumbuhan mahasiswa PTAI bertambah secara signifikan. Pertama, membuka program studi (prodi) secara fleksibel, namun tetap pada koridor menjaga aspek manejerial dan kualitas.
"Menurut data Diktis (Direktorat Pendidikan Tinggi Islam), pengajuan prodi tiap tahunnya terus meningkat, sekarang mencapai 600-an pengajuan prodi. Kita kalah dengan Dirjen Dikti Kemenristek yang mencapai 1.200 untuk pengajuan prodi, namun tidak sampai 30% ijin diberikan", tegas Kamaruddin Amin.
Cara kedua adalah transformasi dari sekolah tinggi menjadi Institut dan kemudian universitas. Peralihan tersebut tidak boleh mengabaikan substansi misi utama Diktis yaitu melaksanakan pendidikan tinggi keagamaan.
"Prodi agama harus menjadi prioritas, distingsi, harus menjadi substansi fundamental sehingga transformasi bisa terjadi. Prodi-prodi keagamaan tetap menjadi hal yang tidak bisa diabaikan", kata mantan dosen Fakultas Adab UIN Alauddin ini.
Menyinggung persiapan program 5ribu Doktor yang telah dilaunching oleh Presiden RI, Joko Widodo (19/12/2014), pria kelahiran Bontang Kalimantan Timur ini menjelaskan setidaknya dua sinergi produktif yang dibutuhkan. Pertama, melakukan inisiasi kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi (PT) di luar negeri.
"Ada 30 PT luar negeri yang siap bekerjasama; Jerman 8, Belanda 9, Prancis 5, Kanada 4, Belgia, Turki, Maroko dan Saudi Arabia. Kami optimis hal ini akan memperlancar proses pengiriman calon doktor kita ke luar negeri", kata peraih Doktor di Rheinischen Friedrich Wilhelms Universitaet Bonn, Jerman ini.
Kedua, penyiapan kandididat. Ini yang membutuhkan komitemen full dari seluruh PTAIN.
"Kami telah menyampaikan ke pimpinan PTAIN untuk mengadakan semacam pembibitan dosen dan kursus bahasa asing secara massif. Dibentuk satu kelas, 10-25 orang, untuk dikursuskan secara intensif agar tidak kehabisan stok kandidat doktor", tegas Kamaruddin Amin dengan penuh semangat.
Tentang kualitas pengajar PTAIN kita, Kamaruddin mengatakan bahwa ternyata kelemahan para dosen kita bukan hanya faktor bahasa saja melainkan juga pada faktor academic writing.
"Banyak dosen yang telah mendapat beasiswa akan tetapi belum mendapatkan perguruan tinggi disebabkan rendahnya kapasitas academic writing meskipun bahasa inggrisnya bagus sehingga proposal penelitiannya pun tidak kunjung selesai", sindir penggagas "Perlunya Reaktualisasi Peran Perguruan Tinggi Islam menuju Universitas Riset (Research University)" ini. (v1v4)
Bagikan: