Sorong (Pendis) --- Dunia Pendidikan saat ini sedang pada era digitalisasi revolusi industri 4.0. praktek pembelajaran di kampus, banyak yang beralih kepada konsep pembelajaran digital. Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani, mengajak dosen Pendidikan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKIN) untuk mengisi ruang digital dengan konten pembelajaran.
“Tentunya kedepan tantangan Pendidikan Islam semakin besar. Para dosen harus pintar dalam memanfaatkan ruang-ruang digital sebagai upaya transformasi ilmu, mari kita isi ruang-ruang digital dengan konten pengajaran yang bisa dimanfaatkan mahasiswa memperoleh ilmu,” ujar Ali Ramdhani saat menjadi pembicara dalam Saresehan Nasional “Akselerasi Digital Dunia Pendidikan Islam di Papua”, di Sorong, Jumat (13/11).
Dikatakan Dhani, dengan pesatnya perkembangan digital, bukan hal yang mustahil peran dosen atau guru dalam proses transfer keilmuan akan tergantikan oleh mesin. Kondisi semacam ini tentunya perlahan akan mereduksi peran dari seorang dosen atau guru.
“Jika bicara transfer ilmu, saat ini peran dosen atau guru sudah mulai tergantikan oleh dunia teknologi. Generasi sekarang, ketika ingin mengetahui sebuah cara atau mengetahui sebuah ilmu maka diarinya tinggal ketik di Google atau buka youtube. Dapat kita pahami, bahwa peran guru dalam hal transfer ilmu akan menjadi terpinggirkan,” jelas Dhani.
Dijelaskan Dhani, bahwa yang harus digarisbawahi adalah digitalisasi merupakan alat pemuliaan akal manusia. Sebab menurutnya, yang paling penting adalah bagaimana seorang dosen tidak hanya mentrasfer ilmu, namun mentrasfer nilai.
“Saya menginginkan transformasi digital dalam dunia pendidikan islam adalah penguasaan terhadap ruang ruang kebaikan. Sebab kebaikan adalah satu-satunya ilmu yang tak pernah using,” jelas Dhani.
Dihadapan peserta saresehan, Dhani mengajak Dosen untuk selalu berivonasi. Menurutnya, inovasi akan muncul jika memiliki empat kompetensi yang harus dimiliki di abad 21, yaitu Creativity Thingking, Critical Thinking, Communication, dan Collaboration. “Perubahan zaman adalah sesuatu yang tetap. Sehingga kita harus berubah dengan berinovasi melalui berpikir kreatif mencari model-model baru dalam mengajar serta model baru menghadapi mahasiswa,” pungkasnya.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Muhammad Zain dalam kesemparan yang sama mengatakan, bahwa keberadaan kampus khususnya kampus PTKIN adalah untuk menciptakan manusia-manusia otentik, manusia-manusaia yang memiliki integritas. “Menukil perkataan KH. Hasyim Muzadi, Indonesia ini banyak orang pintar yang kurang itu orang benar,” ujar Zain.
Ditambahkan Zain, Indonesia sekarang sedang mengalami krisis atau lemah literasi, khususnya literasi digital. Sehingga sangat penting untuk memperkuat literasi digital, agar kita tidak terjebak dalam informasi hoaxs.
“Dosen, maahasiswa harus rajin membaca, saat ini untuk mendapatkan sumber bacaan sangat mudah, dari perangkat handphone pun kita bisa mengakses bahan bacaan. Tidak seperti dulu, harus bawa-bawa buku tebal untuk membaca,” tutur Zain.
Rektor IAIN Sorong, Hamzah menuturkan bahwa, dalam konteks pengembangan Pendidikan Islam, IAIN Sorong dibangun dengan empat pilar pembinaan, yaitu Keislaman, Keindonesiaan, Kepapuaan, dan Kepemimpinan. “empat pilar ini menopang pengembangan keilmuan yang ada di IAIN Sorong Papua,” tutur Hamzah.
Dijelaskan Hamzah, dalam konteks pengembangan keilmuan maka keislaman yang kita kembangkan di IAIN Sorong adalah keislaman yang sesuai dengan ruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Kita tidak boleh mengembangkan paham-paham yang kemudian tidak sesuai dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” terangnya.
Berkaitan dengan Keindonesiaan dan Kepapuaan, lanjut Hamzah, IAIN Sorong mengembangkan mata kuliah Papualogi. “Semangat persaudaraan harus dibangun. Papua ini menjadi penting,sebagai bagian dari Indonesia, makanya ada satu mata kuliah Papualogi. Alhamdulillah mata kuliah ini diajar langsung oleh seorang pendeta yang punya keilmuan besar,” pungkasnya..
(Humas)
Bagikan: