Manado (Pendis) - Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) sebagai forum tahunan para peneliti, akademisi dan intelektual guna membangun jaringan, bertukar gagasan, berdiskusi dan menyebarluaskan keilmuan dan hasil penelitiannya agar tercipta komunitas akademik agar terus memiliki spirit untuk meneliti, mengembangkan ilmu, dan menemukan teori-teori baru dalam bidang ilmu yang digelutinya. Manado Sulawesi Utara sebagai tuan rumah dinilai sebagai lokasi yang tepat untuk merepresentasikan tema besar yang diusung tahun 2015 ini, yakni Harmoni in Diversity: Promoting Moderation and Preventing Conflicts in Socio-Religious Life. Tema ini berkait dengan kondisi dan situasi negara kita dewasa ini.
AICIS adalah forum tahunan bagi para peminat kajian ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Tidak terasa AICIS telah memasuki usia yang ke-15 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, telah banyak rumusan dan rekomendasi yang dihasilkan untuk pengembangan keilmuan dan keislaman pada khususnya.
AICIS merupakan wadah dan media untuk membangun intellectual networking bagi para dosen, peneliti dan pengkaji Islam. Melalui program ini, para dosen, dan peneliti, diharapkan dapat mengaktualisasikan gagasan, pikiran dan temuan-temuan terbarunya untuk didebat dan diuji oleh komunitas akademik.
"Dengan perhelatan ini, mereka dapat saling memperkaya gagasan, dan saling menyapa. Tidak seperti yang dulu-dulu, meneliti sendiri, membaca sendiri, dan menerbitkan sendiri. Hasil-hasil penelitian, disimpan rapi dalam ruang-ruang pengap dan sunyi. Tidak dibaca dan tidak dikritik. Tidak didialogkan. Para peneliti asyik dengan sendirinya. mereka asyik dengan dunianya sendiri," ujar Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin dalam sambutannya di Manado (03/09/15).
AICIS diharapkan dapat memperkuat konsorsium ilmu terutama untuk penguatan dan pengembangan integrasi ilmu sangat penting dan merupakan amanah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Hal mana Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam harus mengembangkan integrasi ilmu, agama dan sains.
AICIS juga dimaksudkan untuk membangun jejaring intelektual bagi dosen, untuk penguatan lembaga maupun untuk peningkatan kapasitas intelektual. AICIS membuka kesempatan bagi para dosen untuk melakukan joint research dengan para peneliti dalam dan luar negeri. Joint research ini penting, apalagi untuk membangun jurnal terakreditasi nasional maupun internasional. Itulah sebabnya, AICIS pada setiap tahunnya selalu mengundang dan menghadirkan narasumber dalam dan luar negeri.
Dalam pertemuan ilmiah ini, hadir narasumber yang mumpuni pada bidangnya masing-masing. Hadir sebagai keynote speaker: Dr. (HC) K.H. Hasyim Muzadi (anggota Dewan Pertimbangan Presiden dan Prof. Dr. Barney Glover (Vice Chancellor di University of Western Sidney). Juga hadir Prof. Dr. Phillip Buckley (McGill University), Prof. Dr. Nadirsyah Hosen (Monash University), Kevin Fogg, Ph.D (Oxford University), dan Dr. Haidar Bagir, penggagas Gerakan Islam Agama Cinta, Prof. Dr. Riaz Hasan (Direktur International Center for Muslim and and Non- Muslim, UNISA Australia), Prof. Dr. Kevin Dunn (Dekan School of Social Science and Psychology, University of Western Sydney), Sulaiman Mapiasse, Ph.D (IAIN Manado), dan Syamsul Maarif, Ph.D (CRCS UGM),Prof. Dr. Robert W. Hefner (Boston University, USA), Prof. Dr. Nawal (Canberra University), Ali Munhanif, Ph. D (UIN Jakarta), dan Prof. Dr. Karel Steenbrink (Netherland), Prof. Dr. Imam Suprayogo, MA (UIN Malang), Prof. Dr. Kadarsyah Suryadi (Rektor ITB), dan Madjid Fauzi Abu Gazali, Ph.D (representasi ISESCO, Yordania).
"Saya berharap paper yg dipresentasikan, baik pada parallel session maupun poster presentation agar dicetak, diterbitkan dan di-online-kan. Hal ini dimaksudkan agar temuan-temuan terbaru AICIS dapat dinikmati dan dibaca oleh komunitas akademik dan masyarakat luas. Agar spektrum AICIS tidak saja dinikmati oleh kalangan sendiri tetapi juga diapresiasi oleh dunia akademik yang lebih luas," tambahnya.
AICIS diharapkan dapat merangsang komunitas akademik agar terus memiliki spirit untuk meneliti, mengembangkan ilmu, dan menemukan teori-teori baru dalam bidang ilmu yang digelutinya.
Penyelenggaraan AICIS tahun 2015 ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI mempercayakan IAIN Manado sebagai tuan rumah. Pemilihan Manado sebagai tempat penyelenggaraan AICIS tentulah didasari pada pemikiran bahwa Manado (Sulut) dalam aspek historis dan geografis memiliki keragaman budaya, agama, dan etnis. Kota Manado sebagai kota multi-kultural dan multi-etnik sangat menarik karena sampai sekarang masih hidup berdampingan dan damai. Bingkai kebhinnekaan terajut dengan apik di Negeri Nyiur Melambai. Torang Samua Basudara!
(sya/dod)
Bagikan: