Jakarta (Pendis) - Pembangunan yang dibiayai dari dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), telah berhasil mentransformasi infrastruktur kelembagaan PTKIN (UIN, IAIN dan STAIN) dengan cukup memadai. Hal itu ditegaskan Kamaruddin Amin, Direktur Jenderal Pendidikan Islam saat memberikan pengarahan pada Rapat Persiapan dan Optimalisasi Pelaksanaan Program SBSN PTKI Tahun 2018, Kamis (26/10) di Jakarta. "Saya bangga melihat di berbagai kampus PTKIN kini nampak bagus dan megah, padahal jika kita bandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, masih seperti madrasah," kata Kamaruddin.
Guru Besar UIN Alaudin Makassar mencontohkan, IAIN Padangsidempuan kini memiliki 7 bangunan gedung yang megah, sebagai satu-satunya perguruan tinggi negeri yang benar-benar berkibar dan menjadi tempat anak bangsa kita belajar. "Bagi saya ini menjadi kebanggaan tersendiri di tengah kita sedang melakukan transformasi kelembagaan PTKIN," katanya.
Dihadapan para Rektor, Kepala Biro dan PPK yang hadir, Kamaruddin Amin meminta agar tata kelola SBSN diperbaiki dan dijaga dengan baik. "Pengalaman masa lalu yang kurang baik jangan terulang kembali dan harus dijadikan pelajaran berarti. Misalkan dalam hal lelang konsultan maupun konstruksi harus dilakukan dengan benar dan objektif".
Kamaruddin berpesan, para pimpinan dan PPK harus bekerjasama dengan baik, jangan ada konflik of interes dan konfik internal yang tidak perlu. Awal mula masalah biasanya berangkat karena adanya konflik internal. Disadari oleh Kamaruddin memegang amanah mengelola anggaran 30-40 milyar banyak tantangan dan juga godaan-godaan.
Pada tahun anggaran 2018 Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendidikan Islam akan membangun sarana pendidikan di 34 PTKIN senilai 1.304.000.000.000,- (1,3 Trilyun). Pada tahun 2017 telah dibangun sarana dan prasarana pendidikan di 32 PTKIN dengan total anggaran Rp. 1.051.670.000.000,-.
Kamaruddin Amin mengatakan tahun 2018 adalah puncak dari SBSN PTKIN. Pada tahun anggaran 2019 anggaran SBSN akan diorientasikan untuk membangun madrasah. Anggaran infrastruktur madrasah masih sangat kecil jika dibandingkan dengan PTKIN.
Diterangkan oleh Kamaruddin, tiap tahun kita harus merenovasi sekitar 8000 ruang kelas sementara anggaran yang ada baru bisa mengcover 10 prosennya. Ada puluhan ribu ruang kelas madrasah yang harus direhab baik berat, sedang dan ringan.
Ditambahkan oleh Kamar, postur anggaran infrastruktur PTKI jika dibanding dengan anggaran Kementerian Ristek Dikti sudah proporsional, bahkan lebih tinggi sedikit. Anggaran PTKI sudah mencapai 7,8 trilyun termasu gaji, sementara Kemristekdikti hanya 3,8 trilyun.
Kenapa itu terjadi lanjut Kamaruddin, karena Kementerian Agama masih banyak memfokuskan pada pembangunan infrastruktur, sementara di Kemristekdikti sudah berorientasi pada selain infrastruktur.
Rapat Persiapan dan Optimalisasi Pelaksanaan Program SBSN PTKI Tahun 2018 dilaksanakan pada tanggal 25-27 Oktober 2018 di Jakarta. Hadir perwakilan 34 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri penerima SBSN 2018, Rektor, Wakil Rektor, Kepala Biro, PPK, Nur Yasin Kasi Sarpras PTKIN, Otisia Arinindiyah Kasi Sarpras pada PTKIS dan Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan. (RB/dod)
Bagikan: