Palu (Pendis) - Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin memberikan apresiasi tinggi kepada IAIN Palu atas penyelenggaraan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) ke-VII tahun 2015 atas tri sukses pengembangan pendidikan Islam. Sebagai insan akademis yang paripurna sebagai sasaran kegiatan ini dia berharap mahasiswa mampu mengolah potensi etika dan nalar dalam menyuarakan kekuatan moral untuk menopang nurani masyarakat.
Dalam sambutan mendampingi Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin yang menjadi pemrakarsa kegiatan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) tahun 2015 memberikan apresiasi tinggi kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu atas penyelenggaraan event nasional yang bermakna bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan civitas academica se-Indonesia yang akan berlangsung dari tanggal 18 hingga 24 Mei 2015 di kota Palu propinsi Sulawesi Tengah. Menurutnya kesiapan pikiran, tenaga, biaya dan mental psikologi menjadi faktor pendorong penting dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang melibatkan 2669 orang peserta ini.
Menurut Guru Besar UIN Alaudin Makassar ini, tujuan tri sukses PIONIR 2015 yakni sukses penyelenggaraan, sukses promosi dan sukses prestasi ini menjadi penting dalam upaya menekankan esensi meningkatkan kualitas manusia Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 tentang Tujuan Pendidikan Nasional. Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sumber daya manusia Indonesia dan sekaligus merupakan asset bangsa yang kelak akan menjadi generasi penerus dalam membangun bangsa. Di sisi lain, mahasiswa merupakan insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas academica dan bagian dari generasi muda yang terlatih sebagai pelaku sejarah yang ikut berperan dalam menentukan sejarah perkembangan bangsa Indonesia.
"Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, peranan pendidikan tinggi amat penting dan strategis. Pendidikan tinggi melalui kegiatan penelitian dan keilmuan dapat menghasilkan berbagai pemikiran dan konsepsi untuk memajukan harkat dan martabat manusia serta budaya bangsa melalui kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta karya seni yang bermutu sesuai dengan kebutuhan pembangunan," ujar Kamaruddin dalam sambutannya.
Mengingat mahasiswa merupakan asset nasional dan sumber daya insani yang strategis, maka perlu diberi peluang dan kesempatan seluas-luasnya untuk mengaktualisasikan diri secara utuh dan bertanggungjawab. Sebagai civitas academica dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sekaligus merupakan mitra dosen dalam proses belajar mengajar yang dialogis.
"Saya mengamati bahwa sebagian mahasiswa masih belum mencerminkan sikap sebagai insan akademis, yaitu memahami etika, tata cara berkomunikasi, penggunaan nalar dalam bertindak, pemahaman terhadap hak, tanggungjawab, dan kewajiban sebagaimana yang diharapkan, baik sebagai bagian dari masyarakat kampus, maupun sebagai warga negara Indonesia. Selain itu, dalam menanggapi berbagai peristiwa sosial, baik di tingkat lokal maupun nasional mahasiswa hendaknya berperan sebagai warga masyarakat akademik, sehingga citra nyaman tetap sebagai komponen civitas academica," tambahnya.
Mahasiswa hendaknya lebih tampil sebagai kekuatan moral (moral force) yang menyuarakan nurani masyarakat (social conscience). Citra ini yang perlu dikukuhkan oleh perilaku mahasiswa umumnya, bukan sekedar citra sebagai demonstran yang menyuarakan sikap tidak setuju atau menentang tanpa menawarkan alternatif pemecahannya. Dalam mengungkapkan ketidaksetujuan atau penolakan, mahasiswa sebaiknya menyarankan pula hasil pemikirannya dalam bentuk alternatif jalan keluar pemecahan masalah.
Dia berharap melalui media PIONIR ini mahasiswa PTK akan lebih berkembang kemampuan intelektualnya, keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual, agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab serta berkontribusi pada daya saing bangsa untuk menghadapi Mayarakat Ekonomi Asia Tenggara (MEA).
Kegiatan PIONIR ini merupakan kegiatan multi event yang diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali dengan maksud meningkatkan pembinaan keilmuan dan mencari mahasiswa unggul, baik dalam prestasi akademik maupun keolahragaan, seni, serta memperkuat silaturrahmi dan kerukunan antar mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) di lingkungan Kementerian Agama.
PIONIR VII Palu ini memiliki motto "sportif dalam prestasi, damai dalam keberagaman". Sportif dalam prestasi mengandung makna bahwa semua prestasi hanya dapat diraih dengan sportifitas, kejujuran dan jauh dari kecurangan. Sementara damai dalam keberagaman diartikan dengan adanya kedamaian, saling menghormati dan saling menghargai antar sesama, meski beda agama, suku dan ras (Sara). Atas dasar tema keragaman inilah PIONIR VII mengundang PTK non Islam di Sulawesi Tengah. Dan pelaksanaan PIONIR di Palu ini juga sekaligus memberi pesan kepada masyarakat Sulawesi Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya bahwa budaya damai itu dapat dimulai dari bangku perkuliahan, melalui kompetisi ilmiah, perlombaan olah raga dan seni. Keragaman keyakinan seyogyanya tidak menjadi "api dalam sekam" tetapi menjadi "obor" semangat untuk meraih prestasi sebagaimana diperlihatkan oleh para mahasiswa/i peserta PIONIR VII. (sya/ra/ra).
Bagikan: