Mataram (Pendis) --- Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani mengenalkan lima model dalam peningkatan kualitas institusi pendidikan yang terangkum dalam RAISE University saat Rapat Koordinasi PMU-PIU Project Four in One The Islamic Development Bank UIN Mataram 2020 di Mataram, Lombok pada Sabtu (5/12).
“Secara prinsip, apa yang kita canangkan sesungguhnya sudah melampaui ekspektasi kita dan ketika membangun pilar pilar penting dalam penyelenggaraan pendidikan perlu dilakukan peningkatan kapasitas berkelanjutan sebuah institusi melalui model RAISE University,” ungkap Dirjen.
Dirjen menerangkan, RAISE secara terminologi adalah sebuah keinginan besar kita agar institusi dapat tumbuh berkembang berkelanjutan.
"Kata RAISE merupakan akronim dari Responsibility, Accountability, Integritas, Sustainability, dan Empower,” terang pejabat yang biasa disapa Dhani ini.
Pertama, responsibility. Apapun yang kita lakukan hari ini harus dipertanggung jawabkan dengan baik dan harus dituangkan dalam bentuk formal sebagai laporan. Tanggung jawab adalah muara dari sebuah kepercayaan dan sesungguhnya hidup kita amat bergantung dengan sebuah kepercayaan.
Maka wujud nyata dari tanggung jawab sesungguhnya adalah wujud eksistensi kepercayaan yang kita terima.
“Dan tanggung jawab ini bukan hanya tanggung jawab yang bersifat duniawi namun juga tanggung jawab yang bersifat transendental,” imbuh Dhani.
Kedua, accountability. Sebuah mekanisme laporan yang memenuhi kaidah kaidah yang dapat dipahami orang lain. Dalam ruang ruang accountability, kebaikan kebaikan kita apabila tidak dibingkai dengan administrasi yang baik maka boleh jadi dia akan dipandang sebagai kejahatan.
Sebaliknya, sebuah kejahatan apabila dibingkai dengan pola pola administrasi yang baik maka ia bisa jadi dipandang sebagai sebuah kebaikan. Bahwa hal hal yang buruk ketika dibingkai dengan sebuah administrasi yang baik maka akan jadi kebaikan.
Ketiga, integritas. Sebuah akuntabilitas harus beriringan dengan integritas. Kejujuran harus jadi mainstream dengan apapun yang kita lakukan. Tanggung jawab harus diberikan ruang ruang accountability dan dikawal oleh orang orang yang berintegritas.
Keempat, sustainability. Kalau pada hari ini kita selesai dengan ruang ruang yang sifatnya fisikal, maka sesuatu yang intangible akan hadir melengkapi kebutuhan business process kita untuk meneguhkan tridharma perguruan tinggi.
“Pekerjaan kita belum selesai, masih banyak hal yang perlu kita improve kembali, terutama pada ruang ruang yang intangible. Apa yang hari ini dicanangkan perlu dirumuskan kembali tentang capaian capaian di masa depan, akreditas institusi harus A (unggul),” ujar Dhani.
Kelima adalah empowering. Dirjen Pendis berharap, keberhasilan keberhasilan yang kita miliki tentu saja harus kita ketuk tularkan ke mitra mitra kita, baik ke junior maupun sejawat, bahwa kemampuan menangani persoalan, tekanan tekanan dari masyarakat, pelaksana, PMU itu harus menjadi bagian penting untuk ditularkan ke yang lain hingga lahirlah generasi tangguh di masa mendatang, sehingga organisasi tidak pernah mati.
“Seperti apapun kita akan semakin menua, waktu pengabdian kita akan selesai. Tapi kita berkewajiban membangun kader kader yang kita harap memiliki kapasitas yang lebih baik dari kita. The best teacher is experiences, guru terbaik adalah pengalaman,” tukas Dhani.
Dhani menutup sambutannya dengan mengajak segenap civitas akademika untuk bersama melakukan empowering dengan memperkokoh kebersamaan, tumbuh, maju dan berkembang dengan pendekatan yang harmoni.
“Tidak ada satupun manusia yang mampu maju di dalam ruang bebas, tanpa menyelesaikan harmoni di lingkungannya. Apabila universitas sudah selesai dengan ruang domestiknya maka dia akan berlari kencang. Karena tantangan kita bukan tantangan domestik melainkan tantangan yang jauh lebih besar, mari berkarya dan mengabdi untuk kemajuan republik yang kita cintai,” tutupnya.
(WE/My)
Bagikan: