Bogor (Pendis) - Islam Indonesia adalah Islam moderat, inklusif dan demokratis. Yang paling berperan mewujudkan Islam ala Indonesia ini adalah lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh Kementerian Agama. Hal ini dikarenakan 25% dari pendidikan nasional dibawah pengelolaan Ditjen Pendidikan Islam. Demikian kata Kamaruddin Amin di sela forum Workshop Pengelolaan BMN Pusat dan Satker di DKI Jakarta, Rabu (05/08) malam.
"Bila pendidikan Islam Indonesia itu baik dan berkualitas maka keberagaman Indonesia pasti berkualitas. Namun sebaliknya, bila keberagaman Islam di Indonesia kurang baik maka kontribusi menjadi minim sehingga kehidupan keberagamaan menjadi tidak kondusif", cetus alumnus UIN Alauddin ini
Oleh karena itu, lanjut Kamaruddin, Indonesia yang modern hari ini, yang dikenal damai, toleran dan demokratis, tidak lepas dari kontribusi madrasah, pesantren, madrasah diniyah takmiliyah, dan pendidikan tinggi Islam. "Lembaga pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat fundamental", kata Dirjen Pendidikan Islam termuda ini
Aset Kementerian Agama, tambah Kamaruddin, tidak hanya BMN (Barang Milik Negara) akan tetapi sumber daya manusia (SDM), anak-anak bangsa, generasi yang dididik oleh pendidikan Islam. "BMN itu hanya salah satu dari tanggung jawab saja. Kalau semua tanggung jawab dilaksanakan maka kontribusinya juga akan sangat fundamental", sindir Kamaruddin terhadap pengelolaan BMN Ditjen Pendis.
Menanggapi wacana "pemekaran" menjadi Kementerian Pendidikan Islam, lanjut Kamaruddin, idealnya pendidikan Islam minimail dikelola oleh satu kementerian.
"Pendidikan Islam adalah satker terbesar diantara semua kementerian. Coba bandingkan dengan perguruan tinggi umum yang dikelola satu kementerian (Kemenristek) dan pendidikan dasar-menengah yang dikelola oleh Kemendiknas bahkan dibantu oleh gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia", kata alumni Bonn University ini.
Struktur Ditjen Pendis (seharusnya menjadi kementerian) nan "ramping", resources dan SDM yang terbatas ini, tentunya berimbas pada beban pekerjaan yang diemban yang terkadang "overload". Oleh karena itu perlu bekerja lebih cerdas dan keras terutama meningkatkan kompetensi agar beban amanah yang dipikul akan enteng diemban.
"Dan lebih penting lagi adalah komitmen dan tanggung jawab yang selalu dipupuk", kata Kamaruddin mengakhiri pembicaraanya.
(v1v4/ra)
Bagikan: