Jakarta (Pendis)- K ementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam menyelenggarakan Annual International Conference On Islamic Stuides (AICIS) 2019 di Jakarta pada 1 hingga 4 Oktober 2019.
Kegiatan tersebut dihadiri 1.700 sarjana Muslim dari berbagai negara untuk membahas dinamika Islam di era digital dan dibuka secara resmi oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
"Zaman telah berubah, semua urusan hidup kita sudah ada di ponsel" ucap Rudiantara saat membuka kegiatan AICIS , Selasa (1/10/2019).
Menurutnya, di era digital serba cepat, pendidikan Islam harus beradaptasi untuk masuk ke dalam paradigma baru.
"Pengajaran saat ini tentu saja bukan hanya text book lagi. Generasi saat ini harus didorong kreatif dan selalu bertanya mengapa harus begini dan mengapa tidak begitu,"ujarnya.
"Pendidikan Islam punya peran strategis sebagai imunisasi generasi muda tangkal hoaks, karena jumlah lembaga pendidikan Islam yang besar sangat potensial untuk mengambil peran,"tutur Menkominfo.
Seperti disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Karuddin Amin mengatakan tema-tema aktual selalu dibahas dalam forum AICIS. Dinamika Islam di era digital menjadi salah satu topik utama yang akan dibahas pada AICIS tahun ini.
Kamaruddin mengatakan Indonesia merupakan negara Muslim berpengaruh di dunia dan selalu menjadi kajian utama tentang keislaman dan kultural. Maka, Kemenag memprakarsai pertemuan sarjana Muslim sedunia agar studi Islam di Indonesia dapat lebih berperan dalam menjawab persoalan keislaman dunia.
Dia menjelaskan, setiap tahun dunia Islam mendapat tantangan baru yang harus selalu dijawab. Maka Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia harus menunjukkan kontribusi yang signifikan. Salah satunya melalui ajang AICIS yang diselenggarakan setiap tahun.
"Kami semua berkepentingan agar studi Islam selalu mengikuti perkembangan zaman dan tidak teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat,"kata Kamaruddin.
Secara umum, ajang AICIS dapat dipergunakan untuk menyebarkan gagasan populisme dan kedamaian dunia melalui forum diskusi dan resolusi yang dihasilkan. Sebab para akademisi dan pakar keislaman memiliki posisi strategis dalam merumuskan bentuk respons yang positif terhadap berbagai dinamika yang ada, pungkasnya.(Hikmah)
Bagikan: