Kudus (Pendis)- Siswa MAN 2 Kudus mengukir prestasi di kancah internasional. Mereka mendapat medali emas karena produk alternatif styrofoam berbahan serbuk bambu.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kudus, Jawa Tengah meraih empat medali emas di ajang International Science and Innovation Fair (ISIF) tahun 2020. Salah satu peraih medali emas adalah tim pembuat biofoam atau kemasan makanan pengganti styrofoam yang ramah lingkungan dari serbuk bambu.
"Terbukti minggu ini lomba bertaraf internasional, bagaimana kita mengirimkan delapan peserta mendapatkan medali emas empat peserta, tiga peserta perunggu, dan satu perak," kata Kepala MAN 2 Kudus, Shofi kepada detikcom, Rabu (18/11/2020).
Shofi mengungkap project keempat peserta peraih medali emas. Pertama, dengan judul Utilization of Tapioca Starch and Cellulose of Bambo Betung as Materials for Making Eco-friendly Biofoam. Kemudian penelitian tentang Replication of Hydrophobic Layers Baser on the Contact Angle of Caladium Tricolor As Anti - Corrosion Coating on Metals.
Salah satu sisa yang meraih medali emas adalah Tazkiya Salsabiila Yusa XII IPA. Dia bersama dua temannya lainnya, Richadatul Aisya Tsulisa Kahfi kelas XI IPA dan Kholida Rohma Alia kelas XII IPA. Mereka membuat penelitian berjudul Utilization of Tapioca Starch and Cellulose of Bambo Betung as Materials for Making Eco-friendly Biofoam."Lalu penelitian berjudul Inhibition of a-Glucosidase Activity by Squirrel Tail Palm Fruit Extract. Serta penelitian berjudul Edible Film Innovation from Muria Coffe and Flour Leater Gembili as a Food Wrap Biodegradable," lanjut Shofi.
"Penelitian ini terkait dengan biofoam atau kemasan makanan ramah lingkungan pengganti styrofoam (kemasan makanan cepat saji) yang berbahan dari serbuk bambu, jadi kami membuat itu dari selulosa yang dari bambu dan tepung tapioka kemudian kami ditambah gliserol dan alkohol. Itu fungsinya sebagai tempat makanan ringan dan makanan kering," kata Tazkiya kepada detikcom di MAN 1 Kudus.
Tazkiya mengatakan, bahwa styrofoam selama ini digunakan sebagai tempat makanan. Namun kemasan makanan tersebut tidak ramah lingkungan, karena tidak mudah terdegradasi oleh alam.
"Selain itu juga styrofoam mengandung zat kimia. Jadi suhu tinggi styrofoam dapat masuk ke dalam makanan, zat yang berbahaya bagi manusia," kata dia.
Keren! Siswa MAN 2 Kudus Ciptakan Pengganti Styrofoam Berbahan Serbuk Bambu Foto: Dian Utoro Aji/detikFood |
Untuk itu, kemudian kata Tazkiya bersama kedua temannya berinovasi supaya tercipta kemasan makanan yang sehat dan ramah dengan lingkungan. Maka kemudian dia membuat kemasan makanan yang terbuat dari selulosa dari bambu betung.
"Jadi berinovasi supaya tercipta kemasan makanan yang sehat dan ramah lingkungan. Bahan kalau selulosa bambu betung yang di Kudus, bambu beton sangat melimpah. Jadi kami menggunakan bambu dicampur dengan tepung tapioka," kata dia.
Ditambahkan siswa yang lain, Kholida mengatakan ada sejumlah bahan yang digunakan kemasan makanan ramah lingkungan. Diantaranya bambu dan tepung tapioka. Awalnya mereka membuat serbuk bambu yang dipanaskan dengan suhu 100 derajat Celcius selama tiga jam.
"Untuk cara membuatnya awalnya serbuk bambu dipanasi dengan suhu 100 derajat selama tiga jam. Habis itu kemudian diputihkan pakai NaCl (natrium klorida). Setelah itu kemudian dilakukan filtrasi dengan aquades, terus disaring, ditaruh di mesin oven, didapat serbuk selulosa warna putih. Setelah jadi, jadi serbuk untuk bahan pertama," ujar dia.
"Kemudian pati dari singkong untuk membuat bahan kedua yakni tepung tapioka. Kedua bahan itu (serbuk bambu dan tepung tapioka) bahan dicampur ditambah PPOH (polivinil alkohol gliserol) diaduk dicetak jadi biofoam atau tempat kemasan ramah lingkungan,'' jelasnya.
Salah satu guru pembimbing, Fatkhiyatus Sa'adah mengatakan bahwa selama pandemi ini lomba dilakukan secara daring atau online. Sedangkan untuk pembimbingan awalnya dilakukan secara online. Kemudian selama prosesnya dilakukan di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Kemudian karya siswa di masa pandemi ini bimbingan secara online, kemudian ketika didaftarkan, lomba internasional sejak bulan Oktober 2020 lalu. Lalu yang prosesnya dari bulan November, presentasi dilakukan bulan November, dan kemarin alhamdulillah mendapatkan juara emas," ujar Fatkhiya.
"Kedepan, karena riset ini masih awal, proses panjang lagi. Kita perlu proses lebih lanjut lagi, karena ini juga terkait dengan kesehatan. Bagaimana reaksi tubuh aman bagi kesehatan. Namun nantinya setelah sudah mendapatkan surat izin ke depan agar diedarkan. Bisa diteruskan," tambahnya. (Detik/Hik)
Bagikan: