Lombok (Pendis) - Sebanyak 55 perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) dan 700 lebih perguruan tinggi keagamaan Islam swasta di Indonesia menjadi sarana Ditjen Pendis Kemenag RI dalam usahanya mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, ada tiga tugas besar yang diemban oleh perguruan tinggi keagamaan Islam dalam upaya tersebut diatas namun memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan pendidikan umum yang ada saat ini.
"Perguruan tinggi keagamaan Islam sebenarnya memiliki tantangan yang sangat banyak, hampir setiap minggu saya menandatangani pembukaan program studi (prodi) baru, angka hampir 800 ribu mahasiswa juga menjadi bukti berkembangnya PTKI. Namun sebenarnya kita tidak bisa hanya berbangga dengan penambahan kuantitas, tetapi juga harus menekankan daya saing dan mutu kualitas PTKI," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Islam dalam Focus Group Discussion (FGD) Perencanaan PTKIN 2016 di Lombok (06/09/16).
Penekanan dalam peningkatan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi keagamaan Islam menjadi poin utama amanah Dirjen Pendis yang diberikan kepada para perencana PTKIN seluruh Indonesia, "kita perhatikan alumni atau lulusan PTKI di Indonesia bagaimana, apakah sudah sesuai dengan visi misi Kementerian Agama atau belum."
Tiga tugas besar perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia antara lain: 1) Mencetak sarjana yang berkualitas, bermutu dan berakhlak; dalam artian tidak hanya pintar namun juga mampu bersaing dengan bangsa lain dalam bingkai keIslaman, 2) Mempertahankan dan merawat Islam Indonesia yakni Islam yang damai-toleran-demokratis terhadap keberagaman yang ada di bangsa Indonesia, "bayangkan jika lulusan PTKIN tidak moderat?, atau PTKIN tidak mampu menangkal paham-paham agama yang ekstrim."
Selanjutnya, 3) Mentransformasi atau melakukan objektivikasi pengetahuan keagamaan menjadi perilaku keagamaan. "Tidak hanya mencetak sarjana yang tahu, tetapi bisa dilakukan dalam praktek sehari-hari, tugas PTKIN yang tidak mudah. Bagaimana menkorelasikan perencanaan dengan tugas fundamental PTKIN diatas," harap Kamaruddin.
Selain itu, menurut mantan Sekretaris Ditjen Pendis ini juga bahwa perencanaan harus berkualitas, jangan meng-copy paste, harus merefleksikan perencanan yang bermutu dan meningkatkan keterlibatan secara kolektif seluruh civitas akademika, "usahakan ada proses perencanaan yang kondusif di kampus, mendengar dari jurusan, proses dialektika dosen dan perencana serta seluruh civitas akademika, sehingga melahirkan perencanaan yang bermutu dan berkualitas."
Doktor lulusan Jerman ini juga senang ada forum perencanaan PTKIN sebab mampu meningkatkan suasana perencanaan dan penganggaran yang bermutu sehingga akan bermuara pada pelaksanaan anggaran pula, "pertemuan seperti ini bisa melahirkan bukan hanya gagasan, melainkan sebuah perencanaan yang berkualitas. Jika perencanaan di awal tidak bagus, maka seterusnya tidak akan bagus. Ditjen Pendis menaruh harapan yang sangat besar bagi forum perencanaan PTKIN," tegasnya.
(sya/ra)
Bagikan: