Jakarta (Kemenag) – Dalam upaya memperkuat ketahanan pendidikan di era digital, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah menggelar pelatihan peningkatan literasi digital bagi guru madrasah, Kamis (12/06) di Jakarta.
Kegiatan ini diikuti oleh guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Daerah Khusus Jakarta. Fokusnya: memperkuat kompetensi guru dalam menggunakan teknologi secara bijak, aman, dan produktif—baik dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.
Plh. Direktur GTK Madrasah, Fakhrurozi, saat membuka acara menegaskan bahwa literasi digital bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak di tengah pesatnya arus informasi dan transformasi digital.
“Melek teknologi informasi bagi peserta didik membuat guru harus selalu melek teknologi, agar guru selalu dihargai. Dampak positif baru bisa dirasakan jika guru tak tertinggal dari siswanya,” ujar Rozi.
Ia menambahkan bahwa guru berperan penting sebagai pembimbing, pelindung, sekaligus teladan digital bagi generasi muda. Karena itu, pelatihan ini diharapkan memberi dampak nyata—tak hanya di ruang kelas, tetapi juga dalam membentuk budaya digital yang sehat.
Pelatihan ini mengangkat konsep empat pilar literasi digital, yang dirangkum dalam akronim CABE:
Cakap bermedia digital – Menggunakan teknologi dan internet secara produktif.
Aman bermedia digital – Menjaga privasi, data, dan identitas digital.
Budaya bermedia digital – Membangun interaksi yang sehat dan berdaya guna.
Etis bermedia digital – Menjunjung etika, empati, dan tanggung jawab di dunia maya.
Peserta juga diperkenalkan pada risiko dan jebakan di dunia digital, seperti hoaks, penipuan online, serta algoritma media sosial yang dapat membentuk filter bubble. Tak hanya itu, guru juga belajar cara mengecek keaslian informasi menggunakan alat bantu seperti Google Lens dan situs-situs verifikasi digital seperti privasi.id.
Dalam sesi interaktif, para guru diajak mengubah pola pikir dari pengguna pasif menjadi creator konten yang positif. Mereka didorong membuat konten pembelajaran sederhana, mendokumentasikan aktivitas madrasah, dan aktif di media sosial tanpa harus ikut-ikutan tren yang tak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan.
“Guru bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga pelindung dan penuntun anak-anak dalam menghadapi dunia digital,” tegas Rozi.
Direktorat GTK Madrasah berharap, guru madrasah bisa menjadi garda terdepan dalam menciptakan generasi yang tidak hanya melek digital, tetapi juga bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakannya. Kolaborasi antara guru, orang tua, dan pemerintah menjadi kunci menciptakan ruang digital yang aman dan sehat bagi anak bangsa.
Bagikan: