Jakarta (Pendis) - Dengan menggunakan Metode Gasing (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan), Kementerian Agama RI menargetkan dalam waktu dekan sejumlah 3 (tiga juta) siswa madrasah pandai berhitung.
Demikian disampaikan Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas saat melaunching secara resmi Program Madrasah Pandai Berhitung dengan Metode Gasing untuk siswa madrasah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta pada Senin (16/10/2023).
Metode Gasing ini merupakan metode pembelajaran matematika yang digagas oleh Prof Yohanes Suryo seorang Profesor di Bidang Matematika dan Fisikia yang menerapkan model belajar berhitung dengan langkah-langkah yang gampang, asyik, dan menyenangkan.
Menag mengungkapkan penggunaan metode Gasing ini sangat bagus untuk diterapkan di madrasah. Menag menilai, hal tersebut bisa menjadi solusi bagi Kementerian Agama dalam penerapan pendidikan Matematika di madrasah yang lebih merata dan mengedepankan logika berpikir dibanding hafalan.
"Saat ini ada sekitar tiga juta anak madrasah yang sedang belajar di kelas 1-6 madrasah ibtidaiyah, sesuai janji Prof Yohanes, saya harap penerapan metode tersebut selama rentang satu tahun ke depan akan berhasil memandaikan siswa masrasah, terutama dalam hal berhitung," ujar Menag di Jakarta pada Senin (16/10/2023).
Menag berharap penerapan Metode Gasing tersebut tidak hanya akan membuat siswa madrasah pandai berhitung, namun juga berguna untuk siswa madrasah dalam menggunakan logika untuk memutuskan segala sesuatunya.
Menurut Menag, menguasai matematika juga dapat melatih siswa agar dapat berpikir deduktif. "Matematika itu melatih orang untuk bisa berpikir deduktif sehingga apapun orang ahli matematika jika memutuskan sesuatu pasti komprehensif karena terlatih dengan cara berpikir deduktif," katanya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam dalam laporannya menyampaikan bahwa kecerdasan pendidikan bagi peserta didik ada pada tiga ranah yakni literasi baca literasi numerik dan literasi sains. Ketiganya, menurut Ramdhani sebagai pengukur kemampuan siswa dalam memahami berbagai dialektika dan dinamika kehidupan.
Saat ini, kata Ramdhani, Kementerian Agama tengah melakukan berbagai pendekatan agar matematika menjadi bagian dari proses penajaman pengetahuan dan keterampilan terhadap proses pembelajaran.
Ramdhani melaorkan bahwa program ini telah dimulai sebagai pilot project oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah bersama tim hebatnya. "Kita telah melaksanakan tidak lebih dari satu bulan dan alhamdulillah semua berjalan lancar," ungkapnya.
Yohanes Surya menjelaskan penerapan metode Gasing ini tidak hanya dimaksudkan untuk membuat anak pintar berhitung, namun yang paling penting adalah mengembangkan cara berfikirnya yang lebih mengedepankan logika, meningkatkan kecerdasan visual, serta mengubah karakternya.
“Biasanya siswa yang sudah mempelajari matematika dengan metode Gasing, kepercayaan dirinya meningkat. Jadi tidak ragu lagi dalam memecahkan masalah, terutama dalam berhitung,” ungkapnya.
Penerapan Metode Gasing ini, kata Yohanes, dinilai sangat efektif dan efisien, karena hanya memakan dua minggu untuk mengajarkan matematika kepada anak yang sama sekali tidak bisa matematika hingga jago matematika.
Bagikan: