Jakarta (Kemenag) – Di tengah derasnya arus digital yang tak terbendung, guru madrasah ditantang untuk tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga pelindung digital bagi generasi muda. Menyadari urgensi ini, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah menggelar kegiatan bertajuk “Literasi Digital untuk Meningkatkan Kesadaran dan Keamanan dalam Dunia Digital”, Rabu (11/6/2025) di Jakarta.
Acara yang diikuti para guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari lingkungan Kanwil Kementerian Agama Daerah Khusus Jakarta ini berlangsung dari pagi hingga sore, menghadirkan semangat baru menyongsong tahun ajaran 2025/2026 dengan bekal digital yang mumpuni.
Plh. Direktur GTK Madrasah, Fakhrurozi, secara resmi membuka kegiatan dan menggarisbawahi pentingnya kesiapan guru dalam menghadapi tantangan era digital. Dalam sambutannya, ia menyebut guru madrasah sebagai garda terdepan yang harus adaptif, kreatif, dan sadar akan risiko dunia siber.
“Transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tapi soal kesadaran. Guru harus mampu membentengi peserta didik dari bahaya digital, mulai dari hoaks, konten negatif, hingga judi online. Jangan sampai anak-anak kita tersesat di dunia maya karena minimnya bimbingan,” tegasnya.
Dalam kegiatan ini, guru dibekali empat pilar utama literasi digital yang dikemas dalam akronim CABE:
Cakap menggunakan perangkat dan platform digital secara efektif.
Aman menjaga data pribadi serta identitas digital.
Budaya bermedia yang sehat, beretika, dan konstruktif.
Etika dalam berinteraksi, berbagi, dan berkomunikasi di ruang digital.
Para peserta juga diajak memahami bagaimana algoritma media sosial membentuk filter bubble yang menyempitkan sudut pandang, serta pentingnya kesadaran sebagai human filter dalam memilah informasi. Tak ketinggalan, pelatihan verifikasi hoaks dengan alat bantu seperti Google Lens dan situs privasi.id turut diberikan agar guru bisa menjadi pengawal informasi yang kredibel.
Tidak hanya itu, guru madrasah juga didorong untuk meninggalkan pola pembelajaran konvensional dan beralih ke pendekatan yang lebih interaktif dan kontekstual. Penggunaan media presentasi digital, tugas berbasis internet, hingga integrasi platform daring menjadi sorotan penting.
“Peran guru kini meluas. Tidak sekadar menyampaikan materi, tetapi juga menjadi fasilitator pembelajaran yang adaptif dan pelindung siswa dari bahaya digital,” tambah Fakhrurozi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan Direktorat GTK Madrasah dalam membangun ekosistem pendidikan digital yang sehat. Harapannya, para guru dapat menjadi agen literasi digital yang tidak hanya mampu mengajar, tetapi juga menginspirasi dan membimbing generasi Z menjadi pengguna teknologi yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab.
(Rina)
Bagikan: