Bogor (Kemenag) -- Kementerian Agama melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah memasukan nilai-nilai keislaman ke dalam Modul Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru Madrasah Ibtidaiyah, khususnya pengampu mata pelajaran rumpun numerasi dan sains.
Direktur GTK Madrasah, Muhammad Zain, menuturkan bahwa memasukan nilai-nilai keislaman dan materi numerasi dan sains sangat penting, agar pendidik dan peserta didik tidak mendikhotomi antara ilmu Agama dan Ilmu umum. Menurutnya, agama Islam sebagaimana termaktub dalam al-Quran, tidak mempertentangkan antara kebenaran wahyu dengan realitas sains.
“Tiap item materi sains harus dikaitkan dengan nilai-nilai ketuhanan. Bahwa ujung pembelajaran sains adalah menemukan keagungan Tuhan, yakni adanya al-Haqq. Antara Al-Haqq ( Yang Maha Mutlak) dan al-haqiqah berkait kelindan. Dengan meneliti al-haqiqah ( realitas) dan alam semesta bisa mengantarkan peserta didik kepada keimanan akan adanya yang Haq (Maha Mutlak). Jadi, dengan adanya modul ini, pendidik maupun peserta didik akan bisa memahami bahwa sains yang kita kembangkan adalah sains yang memiliki spirit dan nilai ketuhanan,” tutur Zain saat memberikan arahan dalam Penyusunan Modul PKB Guru MI, di Bogor, Sabtu (03/10).
Dikatakan Zain, dalam memasukan nilai-nilai agama dalam pembelajaran numerik dan sains, perlu menampilkan tokoh-tokoh ilmuan Islam yang telah berjaya dalam mengembangkan peradaban dunia terutama pada abad ke 8 sampai 15 M. Menurutnya, dengan menampilkan tokoh-tokoh ilmuan Islam, bukan berarti kita terjebak dalam nostalgia masa lalu.
“Akan tetapi kita perlu mengenalkan tokoh ilmuan muslim kepada peserta didik, untuk bisa menjadi motivasi dan semangat melahirkan tradisi baru dalam dunia sains di kalangan Pendidikan Islam,” ujarnya.
Zain mencontohkan, Abu Musa al-Khawarizmy penemu angka nol, Abu Raihan al-Biruni pengembang astronomi dan matematika, dan Ibn Sina. Ibnu Sina ilmuan muslim yang sangat terkenal di dunia. Karya beliau tidak hanya persoalan filsafat, tetapi juga bidang kedokteran sebagaimana terlihat dalam karya monumentalnya al-Qanun fi al-Thibb ( Tha Canon of Medicine).
Menurut Zain, tugas kita adalah membangun tradisi akademik baru, seperti jamak diketahui bahwa sejarah tradisi akademik Islam dimulai oleh penerjemahan karya- karya akademik Yunani Kuno ke dalam bahasa Arab. Baitul Hikmah di Bagdad yang dibangun pada masa Khalifah Harun al-Rasyid dan al-Makmun adalah bukti otentik tentang pencapaian dan keagungan peradaban Islam tersebut.
Selain itu, Zain juga mencontohkan, Prof M. Abdus Salam, penerima hadiah nobel sains, fisika dan nuklir dalam pidato pengukuhannya, beliau mengutip Q.S al Mulk(67) ayat 3-4. Menurutnya, bahwa dari kesimpulan Abdus Salam, tidak ada kontradiksi antara iman (wahyu) dengan penemuan- penemuan sains modern.
“Intinya, sains bisa mengarahkan manusia akan adanya Allah Swt. Kita harus merebut tradisi akademik yang baru dalam dunia sains. Yaitu, mengembalikan kejayaan Islam, sehingga peserta didik memiliki motivasi dalam mempelajari sains. Untuk mewujudkannya perlu kerja keras, sistematis, berkesinambungan dan melibatkan banyak pihak, pakar, dan para guru serta peserta didik yang bersemangat mengembangkan ilmu dan sains”, pungkas Zain.
Kasubdit Bina GTK RA, Siti Sakdiyah, menambahkan bahwa modul yang sedang disusun akan menjadi acuan dalam meningkatkan kompetensi Numerasi dan sains dasar bagi guru Madrasah Ibtidaiyah.
“Internalisasi nilai keislaman dalam penyusunan modul PKB MI ini sangat penting untuk penguatan karakter peserta didik yang langsung dapat terimplementasikan dalam pembelajaran, dan konten materi menjadi menarik,” ujar Sakdiyah.
“Jika modul selesai disusun, akan direview oleh para ahli, sehingga modul yang akan digunakan lebih komprehensif,” sambungnya.
Menurutnya, untuk memperkaya materi penyusun modul ini, Kemenag melalui projeck Madrasah Education Quality Reform (MEQR) program komponen 3, menggandeng praktisi pendidikan Moh. Ikhsan, Dosen UIN Sunan Kalijaga Muqowim, Tanoto Faundation Ujang Sukandi, Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Woro Sri Hastuti.
(Acha/My)
Bagikan: