Jakarta (Pendis) -- Pembelajaran Jarak Jauh erat kaitannya dengan pengunaan teknologi dan hampir tidak mungkin bisa dipisahkan. Akan tetapi sebagai tenaga pendidik kita juga harus mengetahui situasi dan kondisi atau keadaan dari orang tua siswa tersebut. Efek perubahan dalam pembelajaran saat ini, sangat dirasakan oleh anak usia dini, siswa RA karena mereka terpaksa harus beradaptasi dengan suasana yang berbeda pada umumnya.
Penjelasan ini disampaikan Directur Program Ishk Tolaram Faundation, Mimu Nanwani, dalam Webinar serial ke-5 pelatihan dan pengembangan kapasitas guru RA dimasa Pandemic Covid 19, Rabu (16/09). Pada sesi ini mengangkat tema Metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Efektif Dalam Penggunaan Teknologi.
Dikatakan Mimu, kondisi perkembangan PJJ di Indonesia, siswa RA belum terbiasa dengan model PJJ dan belum mampu memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar dari rumah. “Bagi orang tua siswa, tidak semua bisa mendampingi anak belajar di rumah, terkadang mereka kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat belajar di rumah dan terbatasnya akses ke sumber belajar,” terangnnya.
Bagi tenaga pendidik (red. guru), lanjut Mimu, mereka kesulitan komunikasi dengan orang tua sebagai mitra di rumah dan cenderung focus pada penuntasan kurikulum. Selain itu belum adanya SOP yang jelas bagi guru untuk menjalankan PJJ bagi anak usia dini.
Dijelaskan Mimu, pengertian dari Pembelajaran Jarak Jauh menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RO No. 24/2012 adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan sumber belajar melalui teknologi infirmasi dan komunikasi dan media lainnya.
“PJJ bagi anak usia dini bisa dilakukan dengan dua cara : yang pertama pembelajaran daring (online) yang kedua pembelajaran luring (offline) seperti kunjungan ke rumah dan pengumpulan tugas,” jelas Mimu.
Menurut Mimu, dalam menunjang proses PJJ, tenaga pendidik wajib memiliki keterampilan- keterampilan tertentu agar pembelajaran bisa menjadi efektif dan berhasil. Keterampilan tersebut diantaranya : pertama, mengembangkan kemampuan teknologi, informasi dan computer (TIK), kedua meningkatkan komunikasi dengan orang tua siswa, ketiga Memahami penyusunan rendana pelaksanaan pembelajaran (RPP), selanjutnya keterampilan yang wajib dimiliki oleh tenaga pendidik yaitu , keempat play-based learning merupakan salah satu metode yang berhasil dan dapat digunakan dalam situasi PJJ saat ini.
“Guru diharapkan menggunakan metode loose parts dan project-based learning. Yaitu menggunakan bahan daur ulang dan membuat projek sesuai dengan bahan-bahan yang ada di lingkungan rumah,” pungkas Mimu.
Kasubdit Bina GTK RA, Siti Sakdiyah menjelaskan, bahwa di era Pandemi Covid 19 yang paling terdampak adalah dunia pendidikan, khususnya anak RA yang belum bisa belajar mandiri. Menurutnya, dengan belajar jarak jauh tentu kolaborasi antara guru, orang tua dan siswa menjadi sangat penting.
“Learning continuity harus tetap berjalan, bukan mutunya namun tetap menjaga komunikasi belajar dan siswa tetap sehat, belajar dan bermain dengan memberdayakan kondisi lingkungan yang ada, tanpa harus mencari bahan ajar yang mahal dan susah didapatkan,” ujar Sakdiyah.
Menurut Sakdiyah, dengan adanya serial pelatihan pengembangan kapasitas guru RA, menjadi tepat untuk memberikan penguatan pada guru bagaimana melakukan inovasi dan kreatifitas bermain dan belajar untuk siswa selain menjaga imunitas siswa RA.
(Ruri/MY)
Bagikan: