Jakarta (Pendis) - Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) menggelar kegiatan Pendampingan Program dan Kegiatan PKB Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Angkatan Tahap 24 dan 25 dengan target untuk merancang pelaporan Block Grant Kelompok Kerja (Pokja) Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat MTs dan MA, Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) tingkat MTs dan MA serta melakukan evaluasi progress pengembangan Aplikasi Assesment Guru, Kepala Madrasah dan Pengawas Madrasah.
Direktur GTK Madrasah, M. Zain memaparkan persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini dan dunia pada umumnya adalah Learning Recovery yang diharapkan tidak terjadi Learning Lostn dalam sistem pelajaran di Indonesia. Hal ini dikarenakan peserta didik mengalami kehilangan kesempatan belajar maupun kualitas pembelajaran pada kelas-kelas virtual.
“Dana block grant yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran harus segera digelontorkan, dimana block grant merupakan salah satu solusi agar guru madrasah bisa bersinergi antara satu guru dengan guru yang lain merumuskan sistem pembelajaran yang baik,” papar Zain, di Jakarta, Kamis (26/08/2021)
Guru-guru yang akan menjadi sasaran block grant, lanjut Zain harus melakukan perubahan mindsite dan growth mindsite (mindsite yang berkembang), dikarenakan adanya faktor normalitas baru yang sedang kita hadapi saat ini.
“Mengapa harus growth mindsite? karena hal tersebut dipengaruhi oleh 3 hal, Pertama; era 5.0 society adalah era masyarakat yang mencipta teknologi dengan tujuan untuk memuliakan manusia, Kedua; uncertainty (ketidakpastian) dan terakhir adalah complexity,” jelasnya.
Dikatakan Zain, memberikan block grant kepada pokja-pokja pembelajaran tersebut, dimaksudkan untuk menghadapi fase Complexity, era kerja sama karena kolaborasi itu penting. Tidak ada orang yang superman tetapi super team. Tim yang solidlah yang harus diperkuat. KKG MP atau pokja harus dimaksimalkan. “Kualitas proses pembelajaran pada masa dahulu digambarkan hanya dalam bentuk segitiga, yang bertumpu pada guru, murid dan kepala madrasah, tetapi setelah terjadi pandemi seperti saat ini orang tua termasuk didalamnya,” tegasnya.
Menurut Zain, membangun sesuatu di Indonesia haruslah mempunyai prinsip, seperti dalam pepatah yaitu Building the ship while sailing (membangun Indonesia seperti mengemudikan kapal layar, sambil berjalan juga membenahi dan menambal bagian-bagiannya yang bocor). “Membangun dunia pendidikan di Indonesia, harus terus dilakukan meskipun banyak kekurangan, agar proses pembelajaran yang sedang dilakukan tidak berhenti begitu saja,” pungkasnya.
Kegiatan ini diikuti oleh 38 orang peserta yang terdiri dari Konsultan Kompenen 3 Madrasah Reform, INOVASI, Tim SIMPATIKA, Tim Pengembang AKG dan Simdiklat Kementerian Agama Republik Indonesia, digelar selama 4 hari pada 26-29 Agustus 2021 di Jakarta. (Khodlirin/Yuyun)
Bagikan: