Sidoarjo (Kemenag) — Pendidikan madrasah Indonesia tengah menapaki babak baru menuju transformasi digital yang lebih progresif dan berdampak. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama RI bersama Program INOVASI memperkuat langkah itu dengan menggelar uji coba dan refleksi pemanfaatan Madrasah Digital Supervision (MAGIS), di Sidoarjo, Jawa Timur, pada 27–29 April 2025.
MAGIS hadir bukan hanya sebagai aplikasi pengawasan, tetapi sebagai ekosistem baru dalam supervisi pendidikan madrasah. Dengan menggandeng kepala madrasah, guru, pengawas, hingga pengembang teknologi, kegiatan ini menjadi laboratorium kolaboratif untuk memastikan bahwa MAGIS benar-benar mampu menjawab tantangan zaman.
Thobib Al Asyhar, Direktur GTK Madrasah, menegaskan bahwa MAGIS bukan sekadar alat bantu, melainkan cermin komitmen transformasi kultural di lingkungan madrasah.
"MAGIS adalah gerakan kolektif. Ini bukan soal teknologi semata, tapi tentang semangat membangun ekosistem madrasah yang profesional, reflektif, dan berdaya saing global," ungkap Thobib dalam sesi reflektif daring.
Ia juga menyoroti pentingnya peran guru di era kecerdasan buatan (AI), yang menurutnya tidak bisa digantikan oleh teknologi.
"AI boleh canggih, tapi hanya guru yang bisa menanamkan karakter dan nilai kemanusiaan. Maka ke depan, integrasi MAGIS dan AI harus diarahkan untuk memperkuat peran guru sebagai pendidik sejati," tegasnya.
Dengan melibatkan lebih dari 100 peserta dari berbagai daerah, forum ini menjadi titik awal penguatan supervisi berbasis data dan teknologi, sekaligus upaya rebranding pengawasan madrasah dari pola lama yang manual menuju pendekatan yang adaptif dan inspiratif.
Salah satu kepala madrasah dari Lumajang menyampaikan antusiasme dan dampak langsung dari penerapan MAGIS:
"Ini luar biasa. Dengan MAGIS, kami bisa melakukan refleksi secara lebih jujur dan terstruktur. Kami jadi tahu kekuatan, kelemahan, dan langkah peningkatan ke depan," tuturnya.
Thobib pun menegaskan bahwa hasil dari forum ini tidak boleh berhenti di Sidoarjo.
"Refleksi ini harus menyebar. Kita ingin semua madrasah, dari Sabang sampai Merauke, merasakan manfaat MAGIS dan meraih lompatan kualitas," pungkasnya penuh semangat.
Dengan semangat gotong royong, transformasi digital di madrasah kini tidak lagi sebatas wacana. Lewat MAGIS, supervisi menjadi bagian dari gerakan perubahan pendidikan yang lebih manusiawi, akuntabel, dan relevan dengan masa depan.
Bagikan: