Hal tersebut disampaikan Pembina Gerakan Nasional Berantas Buta Matematika (Gernas Tastaka) Lili Wahid saat bertemu Wakil menteri Agama di ruang kerjanya, Rabu (12/2)
"Sejak mulainya gerakan nasional berantas buta matematika, kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama yang telah support pada gerakan ini," papar Lili
Di hadapan Wamenag, Pembina Gernas Tastaka juga menyampaikan keprihatinannya atas kemampuan Matematika siswa Indonesia yang kurang menggembirakan.
"Survey internasional menempatkan kemampuan matematika pelajar Indonesia ada di peringkat kedua dari bawah," terang Lili
Adik kandung Gus Dur in menjelaskan bahwa capaian kemampuan matematika pelajar Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.
"Dengan Vietnam misalnya, kita masih kalah dengan mereka. Apalagi Singapura ada di peringkat pertama," lanjut Lili
Ketua Presidium Gernas Tastaka, Ahmad rizali menyampaikan bahwa kemampuan matematika siswa yang rendah banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru.
"Beberapa guru matematika kurang menyampaikan materinya dengan baik dan dapat dipahami oleh para siswa," ujar Ahmad Rizali
Sebagai upaya pengutan mutu pengajaran pada siswa Gerakan Nasional Berantas Buta Matematika telah melakukan pembuatan dan pelatihan modul pembelajaran matematika bagi guru.
"Pembuatan dan pelatihan modul ajar ini, bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta penguatan praktik pembelajaran matematika guru kepada siswa, mempraktikan pendekatan konkrit, pictorial, abstrak pada topik bilangan, geometri, pengukuran, probabilitas, hingga statistika,” jelasnya
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid menyambut baik ajakan Gernas Tastaka dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran matematika di Indonesia, lebih khusus di madrasah.
"Kami menyambut baik gagasan Presidium Gernas Tastaka dalam upaya peningkatan praktik pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya, dan di madrasah," jelas Zainut Tauhid
Zainut Tauhid juga menyampaikan bahwa pelajaran matematika untuk sebagian besar siswa masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan.
"Selama ini siswa merasa takut terlebih dahulu ketika mendengar kata matematika. Anggapan mereka susah ditambah guru yang terlihat galak sehingga membuat mereka berada di bawah tekanan ketika belajar," ujar dia
Wamenag menyampaikan pengalaman saat masih sekolah sebagian besar siswa merasa tidak tertarik dan menghindari matematika karena mikirnya hafalan rumus.
"Pengalaman saat sekolah dulu, anak-anak menganggap matematika itu sulit dan rumit karena selalu berhubungan dengan angka, rumus dan hitung-hitungan. Matematika itu hanya hafalan rumus, tidak dibuat menyenangkan," lanjut Zainut Tauhid
Kementerian Agama mengapresiasi pelibatan beberapa madrasah yang dijadikan piloting dalam gerakan ini dan berharap kerjasama ini terus meningkat.
"Apresiasi kami sampaikan untuk penunjukan beberapa madrasah menjadi piloting gerakan ini dan selanjutnya secara teknis diatur dengan Direktorat Guru Madrasah," pinta Zainut Tauhid
"Semoga terwujud kerjasama untuk memberi warna baru Madrasah dalam literasi Matematika," lanjutnya
Ikut mendampingi Wakil Menteri Agama, Kasubdit Bina Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Raudhatul Athfal, Siti Sakdiyah dan Kasubag Tata Usaha Direktorat GTK Madrasah, M. Sidik Sisdiyanto.(Sh)
Bagikan: