Cirebon (Pendis)- IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dinobatkan menjadi Cyber Islamic University mengembangkan metode pengajarannya melalui metode Pendidikan Jarak Jauh atau yang dikenal dengan PJJ. "Namun, untuk menyukseskan program ini diperlukan persiapan Sumber Daya Manusia terutama dosen yang mumpuni untuk melakukan PJJ," tutur Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Sumanta pada Kegiatan Persamaan Persepsi Pelaksanaan Ujian Kinerja DALJAB Tahun 2021 sekaligus Pendatangan Perjanjian Kerja Sama Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Rabu (1/9), di Hotel Grage Cirebon.
Sumanta memastikan bahwa IAIN Syekh Nurjati selalu fokus untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi untuk dapat beradaptasi pada dunia digital.
"Saat ini kami sudah mempersiapkan kebutuhan IT untuk PJJ dengan maksud memenuhi kebutuhan 52ribu yang ditargetkan, sampai saat ini baru 500 dosen yang dilatih secara gradual untuk menjadi dosen PJJ," ujar Sumanta.
Ia mengatakan bahwa Program PJJ ini diperuntukkan bagi para guru terutama madrasah yang belum melanjutkan jenjang S 1 dan mendapatkan sertifikasi. "Diharapkan dengan adanya PJJ ini akan meningkatkan kualitas pendidikan para guru madrasah sehingga para guru tersebut dapat meningkatkan kualitas pengajaran di Madrasah," harapnya.
Dihadapan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat, Adib, Sumanta mengajak untuk mensosialisasikan Program PJJ tersebut kepada guru-guru madrasah yang menjadi tanggung jawab Kepala Kantor Kementerian Agama Kab/Kota.
Menanggapi penjelasan Rektor IAIN Syekh Nurjati, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat, Adib, menyambut baik ajakan tersebut dan siap untuk bekerja sama dan berkolaborasi.
"Program PJJ ini sangat bagus untuk diikuti oleh para guru madrasah karena berdasarkan data yang saya terima, masih banyak guru madrasah di Jawa Barat yang belum lulus S 1 dan mendapatkan sertifikasi," ujar Adib.
Adib memastikan akan memberikan dukungan penuh terhadap program ini yang dapat mengupgrade kualitas dan kompetensi guru madrasah serta tenaga pendidik di pondok pesantren.
Adib juga menginformasikan bahwa selama ini untuk pendidikan agama dan keagamaan yang ada di Jawa Barat tidak hanya didanai oleh Kementerian Agama, tetapi berkat kolaborasi dan kerja sama maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga turut memberikan anggarannya untuk meningkatkan kesejahteraan para guru.
"Salah satunya yaitu mendapatkan MURI dengan kategori Pemberian Perlindungan Jamsostek kepada Tenaga Kerja di Bidang Keagamaan yaitu guru ngaji sebanyak 150rban yang ada di Jawa Barat," katanya.
"Saya berharap pilot project ini akan dikembangkan untuk Kanwil Kementerian Agama Provinsi lainnya juga dan kerja sama yang disepakati hari ini dapat terus dilakukan dan dikembangkan," pungkasnya.
Masih pada kesempatan yang sama, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Muhammad Zain, pada arahannya menekankan bahwa dosen, guru, dan tenaga pendidik lainnya harus segera bisa beradaptasi dengan dunia digital.
"Kondisi pandemi memaksa kita semua harus beradaptasi dengan cepat terutama dunia digital karena pendidikan tidak boleh terhambat dengan adanya pandemi," ucap Zain.
Zain juga mengungkapkan bahwa banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan menguasai dunia digital. "Kita bisa terkoneksi dengan banyak orang bahkan sampai internasional," ucapnya.
"Saya merasakan sejak pandemi malah lebih banyak kegiatan pertemuan atau webinar yang dapat melibatkan banyak orang terutama para tenaga pengajar dan narasumber yang hadir pun sangat berkualitas," ujarnya.
Dihadapan para dosen dan tamu undangan, Zain mengajak untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan di bidang digital serta menggunakan digital dengan cerdas sesuai etika dan norma positif.
Pertemuan ini diakhiri dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi Antara Direktur GTK Ditjen Pendis Kemenag RI, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Kepala Kantor Kementerian Agama Jawa Barat, dan Kepala Kankemenang Kab/Kota Wilayah Cirebon Raya.
Bagikan: