Manado (Pendis) - Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang kini memasuki tahun ke-9 merupakan salah satu hajat besar yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis). Pada Tahun Anggaran 2019, KSM akan diselenggarakan pada 16 s.d. 21 September 2019 di Manado Provinsi Sulawesi Utara, dengan mengusung tema "Integrasi Sains dan Islam Menuju Madrasah Hebat Bermartabat".
Adalah Ahmad Umar, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah (KSKK Madrasah) berkesempatan hadir dan menyampaikan arahan pada kegiatan Rapat Koordinasi Persiapan Penyelenggaraan KSM 2019 yang diselenggarakan oleh Subdit Kesiswaan pada 5 s.d. 7 Agustus di Swiss-belhotel Maleosan Manado.
Pada kesempatan tersebut, Umar menyatakan bahwa core dari Direktorat KSKK Madrasah adalah kurikulum dan kesiswaan. Oleh karenanya, kegiatan yang sifatnya berskala nasional seperti Kompetisi Sains Madrasah, Robotics, Madrasah Young Researchers Super Camp (MYRES), dan Leadership Award merupakan even yang tidak bisa ditawar lagi. "Kegiatan KSM, Robotics, MYRES, dan Leadership Award tidak bisa ditawar lagi, harus ada. Sebab core dari KSKK Madrasah ya kurikulum dan kesiswaan. Meskipun pagu indikatif tahun 2020 menurun drastis," tegas Umar.
Lebih jauh Umar mengatakan, dilaksanakannya KSM ini, bertujuan untuk memberikan ajang bagi peserta didik untuk mengasah kemampuan, melatih behavior, dan afeksi. Dan yang tidak kalah penting, juga sebagai syiar madrasah. Sehingga perlu ditingkatkan publikasi yang efektif dan massif. "KSM ini bertujuan untuk mengasah dan melatih behavior dan afeksi peserta didik kita, dan juga sebagai syiar madrasah. Karenanya perlu ditingkatkan publikasinya dan harus masif. Ramai sekarang ini tidak secara kuantitas, tetapi publikasi yang efektif dan masif," papar Umar.
Ada yang berbeda dalam penyelenggaraan KSM 2019 kali ini, yaitu sengaja melibatkan peserta dari sekolah umum di semua tingkatan, SD, SMP, dan SMA. Hal ini menurut Umar, agar peserta didik di madrasah tidak hanya jago di kandang sendiri. "Kenapa kita melibatkan sekolah umum? Karena kita ingin agar peserta didik kita tidak menjadi jago di kandang sendiri dan mampu bersaing dengan sekolah umum. Dan apakah malu jika peserta didik umum ada yang menjadi juara? Tentu tidak. Toh, peserta didik kita ada yang mendapat medali emas di OSN," imbuhnya.
"Kepada tim pembuat soal, kami berharap agar soal yang dihasilkan adalah soal-soal yang integratif, yaitu penggabungan antara sains dan ke-Islaman. Yang berarti bahwa konten dalam sains berkolerasi dengan konteks ke-Islaman," pungkasnya. (ozi/dod)
Bagikan: