Makassar (Pendis) --- Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang dimulai sejak tahun 2005 dan berlangsung hingga hari ini merupakan salah satu program unggulan dan kebanggan dari Kementerian Agama. Program ini bahkan telah menginspirasi kementerian lain untuk memberikan perhatian kepada santri dan pondok pesantren.
Demikian disampaikan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Khaerani pada acara Pembinaan Moderasi Beragama bagi mahasantri PBSB di Makassar, Rabu (4/11). Khaerani bercerita, dirinya pernah menangani program ini selama kurang kebih lima tahun, yaitu sejak 2006 hingga 2011.
Sebagai salah satu yang menggawangi lahirnya program ini, Khaerani mengingatkan tentang filosofi pemberian beasiswa untuk santri ini. "Ini saya sampaikan agar adik-adik mahasantri PBSB mengerti sejarah dan filosofi yang diusung Kementerian Agama untuk santri," terangnya.
"Pertama, PBSB merupakan program 'afirmasi' bagi santri yang berprestasi," imbuhnya.
Menurutnya, keterbatasan santri dalam fasilitas pendidikan membuat santri, pada saat itu selalu kalah dalam berkompetisi untuk masuk ke perguruan tinggi - perguruan tinggi terbaik di Indonesia. "Sangat sedikit santri yang bisa menembus ujian masuk perguruan tinggi negeri favorit. Jadi beasiswa ini benar-benar mengafirmasi para santri agar bisa merasakan belajar di kampus terbaik," terangnya.
"Kedua, beasiswa ini diberikan dengan harapan agar ke depan lahir intelektual-intelektual seperti Ibnu Sina, al-Farabi, al-Jabbar, Habibie dari pesantren," tegasnya.
Kakanwil bercerita, semangat pembicaraan PBSB pada waktu itu adalah semangat mendorong para santri untuk menjadi ilmuan yang bukan saja menguasai agama dengan baik, tapi juga menguasai sanis dan ilmu-ilmu umum yang mumpuni.
Khaerani yakin, dengan dua filosofi ini para mahasantri PBSB ke depan akan semakin dibutuhkan bangsa ini. "Bangsa ini membutuhkan pribadi-pribadi yang santun, berakhlakul karimah, dan cinta pada negeri. Dan itu ada pada pribadi santri," terangnya.
Menurutnya, keseharian dan pola pendidikan santri di pondok pesantren menghasilkan output yang santun dan berakhlak. "Santri ini dididik dengan kesantunan, dan tradisi-tradisi yang melembutkan hati, misalnya shalawatan. Jadi tidak heran jika hasilnya adalah pribadi yang lembut," terangnya.
Acara dibuka oleh Dirjen Pendidikan Islam, M Ali Ramdhani, dihadiri Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan, para mahasantri PBSB yang belajar di UIN Makassar dan Mahad Aly Asadiyah Makassar.
(beta/my)
Bagikan: