Jakarta (Pendis) – Pelaksanaan Ujian berbasis Computer (CBT) bagi Pondok Pesantren Salafiyah Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan menunjukkan potret yang mengejutkan sekaligus membahagiakan. Keraguan bahwa pesantren lambat dalam merespon teknologi, kini terbantahkan.
Dari 863 PPS yang mengikuti ujian berbasis komputer ini, tercatat 62% sudah menggunakan mobile gadget, 36,9 % menggunakan desktop, dan 0,3% menggunakan tablet. Pada aspek penggunaan browser, 82% menggunakan chrome, 5,2% menggunakan android, 3,9% menggunakan safari, dan sisanya opera, samsung, firefox, dan lain sebagainya.
Yang demikian itu pernah ditegaskan oleh Waryono, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren di hadapan peserta Penguatan ICT di Semarang (06/02).
“Lebih dari 90% PKPPS aktif dan tuntas dalam mengikuti CBT di hari pertama,” Kata Anis Masykhur, Kepala Subdit Pendidikan Kesetaraan di hadapan pengawal ujian di command center Jakarta, Senin (04/03/2024).
“Salah satu upaya menjaga kualitas yang perlu dilakukan adalah melalui pengembangan literasi digital dan mewujudkan inovasi pembelajaran berbasis digital,” kata Waryono dalam sambutan arahannya.
Hal demikian tentu menjadi pedoman bagi unit di bawahnya dalam pelaksanaan kegiatan dan programnya. Anis Masykhur memastikan seluruh proses pendidikan, pembelajaran dan sistem evaluasi di PPS penyelenggara Pendidikan Kesetaraan akan didekatkan dengan teknologi, termasuk pelaksanaan ujian kesetaraan nasional ini.
“Ini tentu akan menjadi bagian dari laporan keberhasilan Direktorat Pendidikan Islam dalam mendukung salah satu program prioritas Kementerian Agama, yakni peningkatan literasi digital pendidikan,” jelas Anis lebih lanjut.
Yang lebih menarik, bahwa pesantren terbiasa menggunakan VPN (Virtual Private Network) luar negeri. Dari laporan Command Center pelaksanaan Ujian Kesetaraan, terdeteksi bahwa pesantren menggunakan VPN seperti Canada, Amerika Serikat, China, Rusia, Singapure, Belanda dan tentunya terbesar di dalam negeri. Ini berarti, pesantren juga cukup familiar dalam informasi dunia kerja di luar ketentuan yang formal.
Pelaksanaan CBT untuk jenjang PPS Ulya yang berlangsung sejak tanggal 4 s/d 7 Matet 2024. Dari aspek kelembagaan, santri PKPPS yang ikut CBT adalah 80% dari 19.000 santri jenjang ulya. Sedangkan secara kelembagaan, sebanyak 90% dari 863 PKPPS yang ikut dalam CBT ini.
Menurut Masitoh Hasbi, “korlap“ ujian CBT ini, bahwa kondisi tersebut di luar perkiraan. ”Laporan pelaksanaan ujian tahun sebelumnya, jumlah PKPPS yang ikut CBT tidak lebih dari 30% PKPPS,” ujarnya dengan bangga.
Menurutnya, ini akan menjadi harapan besar bahwa pesantren dapat mengimbangi perkembangan teknologi informasi, meskipun selama ini terlihat pesantren yang paling getol membatasi penggunaan teknologi informasi. Tentunya, ini akan lebih baik lagi jika ditindaklanjuti dengan program-program pendukung lainnya.
Optimalnya pesantren menggunakan teknologi dalam pelaksanaan CBT ini akan terlihat di pelaksanaan Ujian Kesetaraan PPS Wustha dan PPS Ula yang akan datang. Selamat dan sekaligus bangga pada pesantren salafiyah Indonesia.
Bagikan: