Badung (Pendis) --- Peningkatan dan pemerataan akses pendidikan di lingkungan pesantren sudah semestinya dibarengi dengan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini akan menjadi concern dalam pelaksanaan program dan kegiatan di tahun anggaran 2023 yaitu peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada lembaga pendidikan di bawah pembinaan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, khususnya pendidikan diniyah formal, pendidikan mu’adalah dan ma’had aly.
Pernyataan ini dikemukakan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD-Pontren) Ditjen Pendidikan Islam Prof. Dr. Waryono, M.Ag, di Bali (15/12).
Dikatakan Waryono, fokus peningkatan mutu ini sejalan dengan arahan Menag, yang meminta dibuatkan grand desain pengembangan pesantren, yang dituangkan dalam rumusan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan. “Misalnya, sekarang ini dari Ma’had Aly yang sudah ada, perlu dibuat rumusan berapa kebutuhan dosen atau ustadz yang berkualifikasi S2 atau S3, lalu kita dorong dengan penyediaan beasiswanya, jika perlu kita dorong sampai menjadi Professor bagi dosen Ma’had Aly” terang Guru Besar pada bidang ilmu Tafsir.
Negara hadir dalam layanan pendidikan di lingkungan pesantren, dengan alokasi anggaran yang cukup besar. Namun harus dibarengi penataan data santri, pendidik dan tenaga kependidikan yang dikelola dengan baik. “Masih ditemukan banyak santri yang belum terlayani oleh program BOS dan KIP dikarenakan pendataannya yang belum tertata yang disebabkan antara lain faktor operator pendataan” tutur pria kelahiran Cirebon.
Lebih lanjut, mantan Wakil Rektor UIN Yogyakarta menjelaskan bahwa dalam berbicara mutu, tidak dapat dilepaskan kualitas alumni santri pendidikan pesantren dengan penguasaan kitab-kitab muqorror yang dipelajari serta akhlaqul karimah. Banyak santri yang mengenyam pendidikan ke Perguruan Tinggi, meneruskan belajar sebagai ikhtiar untuk menggapai cita-cita, baik Kuliah di bidang kedokteran, jurusan pendidikan, kepolisian, tentara maupun bidang-bidang yang lain. Bahkan ada alumni santri yang menjadi presiden dan wakil presiden. Itulah berbagai contoh capaian prestasi ini menjadi potret kemampuan santri, yang menunjukkan bahwa santri bisa melakukan apa saja dan bisa menjadi siapa saja.
Kasubdit PDMA Nurul Huda mengatakan tujuan evaluasi PDMA dilakukan salah satunya untuk mendapatkan masukan dan rumusan standar penerbitan izin pendirian lembaga PDMA. “Mutu pendidikan PDMA diawali dengan kualitas lembaga pendidikan yang diberikan izin operasional, sehingga menjadi suatu jaminan santri-santri akan mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai standar yang ditelah ditetapkan” terang Nurul Huda.
Kepala Bidang PD-Pontren Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Bali Mahmudi dalam sambutannya mengatakan besar harapannya agar Direktorat PD-Pontren DItjen Pendidikan Islam mempunyai perhatian khusus dalam pengembangan pendidikan pesantren di wilayah Propinsi Bali. [Khan
Bagikan: