Jakarta (Pendis) - Kegiatan Rakor pelasanaan Ujian Akhir Pendidikan Diniyah Formal Berstandar Nasional (Imtihan Wathani) Tahun Pelajaran 1439/1440 H ini dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD-Pontren), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama di Ruang Rapat Direktorat PD-Pontren Lantai VIII pada Hari Selasa, (12/03).
Dalam paparannya, Ainurrafiq, selaku pimpinan rapat menjelaskan bahwa peserta Ujian Akhir di tahun ini lebih banyak dua kali lipat dari tahun sebelumnya. "Peserta Ujian Imtihan Wathani dua kali lipat dari tahun sebelumnya. untuk Ulya saja sebanyak 1.180 santri dan untuk Wustha sebanyak 1,005 santri. Sekali lagi, ini dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya 900 santri untuk tingkat Ulya saja," tegasnya
Ditegaskan juga bahwa Ujian Akhir ini secara teknis melibatkan Kanwil Kemenag Provinsi pembina PDF. Mereka akan melakukan penggandaan naskah soal, distribusi serta pengawasan secara langsung di pesantren. "Nanti Kanwil bertanggungjawab untuk penggandaan soal, membagi-bagikan ke pesantren penyelenggara, dan mengawasi sekaligus bertanggungjawab suksesnya pelaksaaan ujian secara langsung di lapangan," kata Ainurrafiq.
Dalam kesempatan yang sama, Ahmad Zayadi selaku Direktur PD-Pontren juga menegaskan bahwa seluruh elemen bertanggungjawab untuk suksesnya penyelenggaraan Imtihan Wathani. Dalam sambutannya, Zayadi menegaskan agar ujian dapat dilaksanakan dengan tenang tanpa ada kegaduhan sedikitpun. "Kami harap pelaksanaan ini berjalan dengan baik dan jangan sampai ada riak-riak masalah di daerah yang mengganggu ujian ini," tegasnya.
Lebih lanjut Zayadi menyampaikan bahwa esensi dari pelaksanaan Ujian Akhir ini adalah untuk membangun standar normatif dari kompetensi para santri. "Kita ingin membangun standar normatifnya. Kenyataannya pendidikan PDF berangkat dari model dan tradisi ala pesantren, maka Kita ingin melembagakan tradisi dan merawat tradisi pesantren ini tanpa mengabaikan kompetensi santrinya," imbuh Zayadi.
Salah satu ikhtiar Kemenag untuk menjaga dan melembagakan tradisi pesantren ini, menurut Zayadi bisa dilihat dari cara memperlakukan kalender Hijriah dalam kalender akademik atau tahun pelajarannya. "Memang saat ini Pendidikan Diniyah Formal atau disingkat PDF ini belum populer. Bahkan kalender hijriah yang di pakai di pesantren sudah nyaris diabaikan oleh bangsa kita. Jadi kita perlu menetapkan titimangsa dengan kalender hijriah sebagai bukti bahwa negara kita benar-benar hadir untuk melembagakan tradisi pesantren," katanya.
Berdasarkan kalender PDF, Imtihan Wathani baik Tingkat Wustha maupun Tingkat Ulya akan dilaksanakan secara serentak selama tiga hari dari hari Senin sampai Rabu. Adapun mata kuliah yang diujikan terdiri dari dari Tafsir-Ilmu Tafsir, Hadits-Ilmu Hadits, Fiqh-Ushul Fiqh, Nahwu-Sharf, dan Bahasa Arab. Kelima mata pelajaran ini akan diujikan menggunakan Bahasa Arab dengan model pilihan ganda.
Imtihan Wathani Tingkat Wustha dan Tingkat Ulya ini dilaksanakan serentak di 36 (tiga puluh enam) PDF yang tersebar di sepuluh Kanwil Kemenag Provinsi. Dari 36 PDF ini dibagi untuk Tingkat Wustha sebanyak 13 (tiga belas) PDF, dan Tingkat Ulya sebanyak 23 (dua puluh tiga) PDF.
Bagikan: