Pendidikan Al Quran sebagai Fondasi membentuk Karakter Manusia
Jakarta (Pendis)- Sebagai negara muslim kualitas keagamaan di negara kita terbilang rendah. Hal ini didasari oleh rendahnya kesadaran untuk untuk mempelajari Al Quran di masyarakat. Sebagai organisasi terkecil di masyarakat keluarga memerankan peran yang sangat penting dalam membentuk karakter manusia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pendidkkan Diniyah Dan Pondok Pesantren, Dr. H. Waryono dalam arahannya di hahadapan peserta saat membuka acara Sosialisasi Program dan Kelembagaan Pendidikan Al Quran di aula kementerian agama Kota Bekasi 10 September 2020.
Waryono menambahkan fakta sejarah akan membuktikan bahwa islam di indonesia akan tinggal sejarah jika umat islam tidak peduli dengan keislamannya. Mengutip dari pernyataan ulama Yusuf Qordhowi, fenomena pendikan alquran di masyarakat saat ini berada di level 2, yakni mendengarkan. Quran sebagai obyek yang sekedar didengarkan, tidak dipelajari dengan semestinya. Radikalisme muncul akibat kesalahan dalam memahami al Quran. Quran tidak dipahami karena lemahnya kesadaran untuk mempelajari, menghayati dan mengamalkan Al Quran. Al Quran hanya dipandang sebatas tekds dengan pemahaman bighoiri ilmi, tanpa menguasai perangkat untuk memahami alquran secara utuh.
Lebih lanjut waryono menegaskan bahwa teladan orangtua menjadi garda terdepan dalam pendidikan Al Quran. Semangat memasyarakatkan Al Quran dan meng Al Quran kan masyarakat. Merubah mindset masyarakat dari pendengar menjadi pembaca, dari membaca menjadi memahami, dan dari memahami menjadi pengamalan. Arah pendidikan Al quran harus jelas tidak asal jalan. “Pendidikan Al Quran harus didesain untuk bisa melahirkan mufasir-mufasir dan Ahli Quran khas Indonesia” pungkasnya.
Menindaklanjuti arahan dari Direktur PD Pontren, Kasubdit Pendidikan Al Quran, Dr. H Sarpani, M.Pd menyatakan bahwa pilot project pada program Lembaga Pendidikan Al Quran ini adalah PAUDQu sebagai lembaga pendidikan anak usia dini formal sebagai pelengkap jenjang pendidikan muadalah. Pembenahan kurikulum Taman Pendidikan Al Quran juga sdh dilakukan untuk menyesuaikan tuntutan zaman dan akan dikeluarkan dalam bentuk SK Dirjen Pendidikan Islam. Rumah tahfidz Al Quran juga menjadi perhatian Subdit Pendidikan Al Quran, karena animo masyarakat untuk menghafal Al Quran cukup tinggi, dan lembaga lembaga Rumah Tahfidz belum punya induk pembina.
Fenomena di kota Bekasi menunjukkan 70% anak usia SMP termasuk tsanawiyah tidak bisa membaca Al Quran dengan baik dan benar. Hal ini diungkapkan oleh Plt. Kepala Kementerian Agama Kota Bekasi, H Shobirin. Hal ini memacu semangat penanaman keagamaa usia dini jadi kata kunci pendidikan karakter di Kota Bekasi. Sebagai way of life pendidikan Al Quran harus diajarkan sejak dini. Shobirin juga menambahkan degradasi moral nyata di depan mata. Lembaga Pndidikan Al Quran harus tampil di depan dalam menanamkan nilai-nilai moral, penghayatan dan pengamalan Al Quran. (Yusron Hil/Hik)
Bagikan: